Wartawan Gejala Corona Meninggal Usai 'Ditolak' RS, Mengapa Terjadi?
"Lalu saya ke RSPAD dan saya bilang sudah diperiksa RS sebelumnya, saya kasih hasil labnya. Lalu mereka bilang tidak bisa karena sudah penuh. Lalu saya tanya ke mana? Dijawab, silahkan cari rumah rujukan lain. Lalu saya berangkat ke RSPI Sulianti Saroso, dan sama juga jawabannya. Itu sudah jam tiga sore.
"Karena KTP saya Tangerang, lalu saya membawa ke RSUD Kabupaten Tangerang. Suami saya masuk ruang isolasi dan cuma diperiksa suhu badan, disuruh duduk di kursi yang di tukang bakso dan bukan tidur. Lalu saya bolak-balik tanya dan dijawab `dokter parunya belum bisa menjawab telepon ataupun WA`."
Lima setengah jam berlangsung, kondisi suaminya terus batuk dan memburuk. Akhirnya, DR memutuskan mengeluarkan WD dari ruang isolasi dan membawanya ke RS Eka di Tangerang Selatan.
"Pasien sudah lemas dan sulit bernafas, tanpa diapa-apain lima jam, dikasih minum (obat) saja tidak. Saya masuk ruang isolasi dan sudah tidak peduli lagi lalu saya larikan ke RS Eka dan masuk UGD. Besoknya masih dikasih pertolongan pernapasan namun tidak bisa lagi," katanya.
DR kini sedang menjalani perawatan di salah satu RS rujukan karena diduga juga terjangkit virus corona. Tenggorokannya terasa sedikit sakit, namun badannya tidak demam.
Ia pun sangat sedih atas perlakuan yang dialami oleh suaminya. "Andaikan langsung ditangani, dikasih anti biotik atau segala macam, atau alat pernapasan, mungkin tidak akan seburuk ini," katanya.
Ia pun meminta pemerintah untuk lebih tegas dan jelas mengenai alur rujukan ke rumah sakit, apalagi bagi orang yang kondisi kesehatan buruk.
"Mungkin sepenuh-penuhnya RS, apapun itu, ya pertolongan pertama musti diberikan. Saya sudah mohon-mohon kasih pertolongan pertama dulu, namun ditolak," katanya.