Potensi Penularan Tinggi, Rapid Test Covid-19 di Stadion Bekasi Batal
VIVA – Rencana rapid test (pemeriksaan) Covid-19 (Corona) secara massal di Gelanggang Olahraga (GOR) Bekasi akhirnya dibatalkan. Sebagai gantinya, proses pelaksanaan bakal dipindahkan ke seluruh puskesmas di seluruh Bekasi.
Hal itu diungkapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Imam Budi Hartono, usai melakukan monitoring dan diskusi bersama pemerintah daerah di wilayah tersebut pada Senin, 23 Maret 2020.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) daerah pemilihan Depok-Bekasi itu menjelaskan, Pemerintah Kota Bekasi awalnya berencana untuk melakukan rapid test untuk cluster orang dalam pantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Kegiatan itu tadinya akan digelar di Stadion Patriot Kota Bekasi pada Selasa, besok.
"Rencananya akan ada 1.200 orang yang akan dites dalam rapid test tersebut. Namun, yang menjadi kendala adalah peraturan juknis yang ingin dilakukan sebagai SOP di stadion tersebut belum secara baik diatur," katanya pada VIVAnews, Senin, 23 Maret 2020.
Kemudian, tentang berkumpulnya orang dalam satu waktu pada Selasa walaupun diatur jamnya, mereka melakukan tesnya seperti drive thru.
"Tetapi ketika ditanyakan bagaimana mereka yang tidak punya mobil, orang naik motor bahkan atau yang tidak punya kendaraan sama sekali. Mereka (pemkot) mengatakan yang punya mobil naik mobil, yang punya motor naik motor, yang enggak punya diantar RT/RW," ujarnya
Persoalannya, lanjut Imam, ketika ODP dan PDP menjadi satu dikhawatirkan yang tadinya tidak terkena Covid-19, tiba-tiba menjadi positif akibat bercampurnya antara satu dengan yang lainnya.
"Ini yang dikhawatirkan. Kami menyarankan sebagai ketua gugus terdepan wabah Covid-19 Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bisa memikir ulang terhadap kegiatan tersebut," kata dia
"Karena mengumpulkan banyak orang walaupun mengatur jarak dan waktu. Ini yang kami khawatirkan. Dan lebih dari itu ketika nanti ada sampling oleh ODP dan PDP ini hasilnya positif maka mau dibawa ke mana," timpalnya lagi
Kemudian, kata Imam, alasan lain yang tak kalah penting agar kegiatan tersebut direvisi adalah, jika rapid test diikuti 1.200 orang, kemungkinan ada lima persen yang akan dinyatakan positif.
"Bayangkan dari lima persen artinya akan ada 60 orang yang positif. Akan ditangani seperti apa SOP-nya, seperti apa dan ruangannya untuk dijadikan tempat perawatan belum ada," paparnya.
Imam menambahkan, dari pertemuan itu pemerintah setempat meminta supaya Asrama Haji milik Jawa Barat yang ada di Kabupaten Bekasi bisa dijadikan tempat untuk perawatan penderita positif Covid-19.
"Suratnya sudah dilayangkan, tapi belum ada jawaban. Tapi, ketika sudah dipastikan sudah digunakan pasti ada prosedur yang lain yang harus disiapkan, baik alat-alatnya dan lain sebagainya. Ini memakan waktu yang cukup untuk menyiapkan langkah tersebut," kata Imam.
Dengan sederet alasan tadi, maka DPRD Jawa Barat menilai tepat kegiatan rapid test yang akan digelar di Stadion Patriot dibatalkan.
""Kami memang lebih menyarankan, pertama tetap dilakukan, tapi tidak melalui kegiatan massal. Kedua, menyiapkan anggaran baik itu untuk kebutuhan tenaga medis lalu untuk peralatan dari penanganan ini," jelasnya
Belum lagi alat-alat yang memang dibutuhkan dan sangat besar nilainya. Jika merujuk pada data yang disampaikan Satgas Covid-19, satu orang membutuhkan Rp50 jutaan yang positif untuk penanganan. Maka jika ada 60 orang, dana yang harus disiapkan hampir Rp300 juta, itu baru satu hari.
"Bagaimana kalau 14 hari, maka bisa dikalikan cukup banyak anggaran yang dibutuhkan. Nah, kebijakan anggaran ini yang harus disepakati antara gubernur dan kami di dewan dan tindakan strategis yang memang harus dilakukan bukan hanya untuk pencitraan saja, tapi memang untuk mengatasi virus corona ini," kata Imam.