VIDEO: Chloroquine Dipakai Sembarangan Bisa Fatal
VIVA – Pemerintah mengaku telah memesan dua juta obat bernama avigan dan chloroquine sebagai bagian dari upaya pengobatan terhadap para pasien terinfeksi virus corona. Obat itu bukanlah obat yang spesifik untuk penderita Covid-19 melainkan untuk penyakit lain, yakni influenza dan malaria, tetapi diharapkan efektif juga untuk mengobati penderita Covid-19 selagi vaksin untuk penyakit itu belum ditemukan.
Pemerintah juga sudah mewanti-wanti masyarakat agar tidak membeli atau menyimpan kedua jenis obat itu, apalagi mengonsumsinya secara mandiri. Sebab avigan dan chloroquine tergolong obat keras yang penggunaannya harus dalam pengawasan ketat dokter yang kompeten.
Prof Keri Lestari, Guru Besar Farmakologi dan Farmasi pada Universitas Padjadjaran, Bandung, menjelaskan secara sederhana pengunaan obat itu selama ini. Avigan ialah obat antivirus yang selama ini dipakai untuk melawan virus influenza, sementara chloroquine adalah obat antimalaria. Virus influenza dan virus corona dianggap memiliki kesamaan karakter genom sehingga menjadi salah satu pilihan bagi penderita Covid-19. Sedangkan chloroquine berfungsi untuk mencegah virus corona mereplikasi diri di dalam tubuh penderita Covid-19.
Penggunaan kedua jenis obat itu, katanya, telah diuji coba kepada sejumlah orang terjangkit Covid-19 di sejumlah negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Hasilnya, para pasien memang menunjukkan perbaikan setelah sedikitnya enam hari dalam terapi kedua obat itu.
Namun, Keri juga menekankan lagi, penggunaan obat itu benar-benar harus dalam pengawasan dokter, artinya, hanya dokterlah yang tahu seorang pasien Covid-19 layak diberikan obat avigan dan chloroquine atau tidak, setelah pemeriksaan menyeluruh terhadap si pasien. Dokter juga yang mengetahui dosis atau takaran obat untuk tiap-tiap pasien.
Pada intinya, menurut Keri, penggunaan avigan dan chloroquine harus disesuaikan dengan kondisi si pasien, termasuk kemungkinan ada riwayat penyakit lain yang bisa saja terjadi efek samping yang buruk jika diberikan obat itu. Kalau tidak, atau kalau dikonsumsi sembarangan, tanpa melihat aspek riwayat penyakit lain, risiko buruknya akan fatal.
>