Dinkes Kurang Alat Ukur Suhu, Mau Beli tapi Takut Dituduh Korupsi
VIVA – Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur menugaskan tim medis melakukan pengukuran suhu tubuh bagi para penumpang pesawat terbang, di pelabuhan, juga terminal bus antarkota. Langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.
Kegiatan ini telah berlangsung selama satu pekan dengan melibatkan belasan petugas. Alat ukur digital yang dipakai hanya 1 jenis yakni thermogun. Alat kecil ini canggih, hanya dalam 3 detik hasilnya langsung terbaca.
Pengukuran suhu tubuh juga disertai dengan tanya jawab seputar riwayat penumpang, apakah dalam 14 hari terakhir pernah ke luar negeri atau ke daerah yang terpapar corona. Petugas juga membagi masker dan pamflet pencegahan corona.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai dr. Yulianus Weng mengatakan, hasil pengukuran suhu tubuh setiap penumpang dilaporkan masih dalam level normal. Namun penumpang yang datang dari daerah terpapar tetap didata untuk kepentingan pemeriksaan medis lebih lanjut.
"Sudah satu minggu kami ditugaskan di Bandara Frans Sales Lega, Pelabuhan Kedindi Reo, Terminal Mena dan Terminal Carep. Hasil pengukuran belum ditemukan penumpang dengan keluhan demam tinggi," ujar Yulianus Weng kepada VIVAnews, Sabtu, 21 Maret 2020.
Menurut Yulianus, pemeriksaan suhu tubuh warga tidak berhenti hingga wabah corona dinyatakan aman. Namun diakuinya, Dinas Kesehatan Manggarai saat ini mengalami kendala yakni, kekurangan alat ukur.
Adapun thermogun yang selama ini dipakai sebanyak 15 unit. Itu pun separuhnya pinjaman dari puskesmas dan harus dikembalikan untuk kebutuhan pengukuran di puskesmas. "Kalau dikembalikan, maka Dinkes punya tersisa 8 biji itu yang dipakai di bandara dan terminal bus," katanya.
Kata Yulianus, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai sebenarnya bisa melakukan pengadaan alat ukur suhu. Namun sekarang alatnya sangat langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya naik berkali-kali lipat.
"Tahun lalu kita belinya hanya Rp300-an ribu. Selama virus corona merebak harganya naik menjadi Rp2,7 juta. Kita tidak mungkin beli, karena kalau dipaksakan kita bisa dituduh korupsi, markup harga," kata Yulianus.
Selain alat ukur suhu, Dinkes Manggarai juga membutuhkan hand sanitizer dan masker. Untuk masker, kata dia, memang masih ada sedikit stok, namun pembagiaannya lebih selektif. Hanya diberikan untuk yang mengalami demam, pilek dan batuk. "Kapan datang kiriman lagi, kita masih tunggu," ujarnya.
"Untuk hand sanitizer, kami ada pesan tapi kan tidak bisa lewat kargo pesawat, harus lewat darat. Mudah-mudahan minggu depan sudah tiba. Tapi untuk mengantisipasi ini kami racik sendiri. Sudah ada 10 kemasan sambil menunggu yang kita punya datang," Yulianus menambahkan.
Laporan: Jo Kenaru/Manggarai NTT