Gubernur Bali Berharap Nyepi Bersihkan Alam dari Virus Corona
- VIVA/Bobby Andalan
VIVA – Umat Hindu di Pulau Bali akan merayakan pergantian Tahun Baru Saka 1942 pada 25 Maret 2020. Biasanya, Tahun Baru Saka akan ditandai dengan perayaan Nyepi. Perayaan ini memiliki makna Catur Brata yakni empat pantangan, yang wajib dilaksanakan selama prosesi Nyepi berlangsung.
Empat pantangan itu adalah amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Selama Nyepi berlangsung, semua orang berhenti beraktivitas dan berdiam diri di dalam rumah.
Bahkan, penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai pun dihentikan sementara. Siaran televisi dan internet ditiadakan selama 24 jam.
Bagi Gubernur Bali, I Wayan Koster, Nyepi memiliki makna yang amat penting bagi proses pembersihan alam secara makro maupun mikro. “Nyepi itu bermakna penyucian alam makro dan mikro untuk mencari titik keseimbangan baru,” kata Koster di Denpasar, Kamis 19 Maret 2020.
Ketua DPD PDIP Bali ini menilai pandemi Covid-19 yang saat ini mewabah ke seluruh negara termasuk Indonesia merupakan siklus alam yang mau tak mau harus terjadi. “Keadaan saat ini saya lihat adalah bagian dari siklus alam yang harus dilewati,” ujar Koster.
Di Bali sendiri, Koster melanjutkan, berbagai langkah pencegahan sudah dilakukan. Dan, ia berharap wabah Covid-19 yang melanda Indonesia akan berakhir pada akhir bulan ini, tepatnya setelah perayaan Nyepi dilaksanakan.
“Di Bali sendiri berbagai langkah pencegahan sudah kita lakukan. Kita berharap akhir bulan Maret sudah berakhir, setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Nyepi akan membersihkan mikro dan makro kosmos dan memancarkannya ke seluruh Indonesia,” ucapnya yakin.