Logo BBC

Virus Corona: Kesaksian Pasien 03 dari Positif Covid-19 hingga Sembuh

Ya baik-baik saja, lucunya saya dari awal nggak ada gejala sama sekali. Jadi saya ke sini (Indonesia) sebulan yang lalu untuk liburan bertemu keluarga. Terus dua hari setelah saya landing, saya sama adik saya pergi ke restoran Paloma, Jakarta. Dan, besoknya saya memang demam dan lemas banget. Tapi demam saya itu cuma 37,2 C terus 37,3 C selama empat hari, terus saya langsung sembuh.

Dua minggu kemudian saya dapat kabar bahwa ibu dan adik saya positif. Hari itu juga Senin, 2 Maret saya dites, terus saya disuruh pulang karena saya negatif lalu tanggal 4 Maret dipanggil kembali ke RSPI untuk tes ulang. Sejak hari itu memang saya nggak ada keluhan.

Yang ada tuh waktu saya masuk ke kamar ini, suhu kamarnya 30C, saya kepanasan semalaman saya tidur kayak gitu. Lalu besoknya susternya berusaha keras untuk mengurangi suhunya tapi tak berhasil. Lalu besoknya tiba-tiba turun ke 26 derajat.

Saat dinyatakan Anda positif, reaksi Anda bagaimana? Apa yang ada di benak Anda?

Itu jam 02.00 pagi, saya dibangunkan sama dokter dinyatakan positif. Pertama saya berpikir, "Kenapa ya jam 02.00 pagi?"... Alasannya supaya tidak bikin panik tapi namanya juga masih tidur, otak saya belum bangun.

Terus saya kayak cuma nulis report gitu, apa kejadiannya, saya kirim ke keluarga terdekat saya. Sudah itu tidur lagi karena saya ngantuk banget. Saya sih tak khawatir karena saya tahu, dari awal saya sudah mengikuti perkembangannya.

Waktu saya di Austria saya dengar berita dari Amerika bahwa memang sebagian besar persentase penyembuhannya 98,9?n kita tak usah khawatir.

Jadi pas tahu ya sudah saya pikir nggak apa-apa positif, yang penting saya tahu. Daripada hari-hari sebelumnya, saya nanggung begitu, jadi kayak ada apa dengan badan saya. Jadi pas saya dikasih tahu, saya lega.

Berdasarkan bekal informasi itu yang membuat Anda yakin bahwa Anda bisa sembuh?

Iya saya juga yakin bahwa ibu sama adik saya bisa sembuh. Jadi pas ketahuan, itu yang bikin kita ibaratnya naik darah tinggi, kayak "kita dengarnya dari media". Terus tiba-tiba sejam kemudian rumah kita sudah dikerubungi wartawan. Sorotan media parah banget. Lalu berbagai macam dinas kesehatan menelepon saya.

Terus saya mesti koordinasi, selama sembilan jam saya nggak berhenti telepon sama keluarga, Dinas Kesehatan dan segala macam.