10 Hari, 139 Hektare Lahan Terbakar di Aceh
- VIVAnews/Sadam Maulana
VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat selama Maret 2020, sudah 139 hektare lahan terbakar di seluruh Aceh.
Paling luas yang terjadi di Kabupaten Aceh Jaya seluas 30 hektare, yang hingga kini apinya belum padam. Lahan yang terbakar merupakan lahan gambut.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBA, Muhammad Syahril menjelaskan dari awal Maret banyak terjadi pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara instan. Rata-rata, kata dia, dilakukan dengan cara membakar.
Luas lahan terbakar itu, juga naik dari bulan Februari 2020, seluas 99 hektare lahan yang terbakar. "Maret total hingga kini yang terbakar 139 hektare, rata-rata lahan gambut," ujar Muhammad Syahril saat ditemui wartawan diruangannya, Selasa, 10 Maret 2020.
Sementara, saat ini di Kabupaten Aceh Jaya tepatnya di Kecamatan Teunom, seluas 30 hektare lahan gambut masih terbakar sejak dua hari lalu. Pihaknya sudah berupaya untuk melakukan pemadaman. Tapi, terkendala akses jalan, sehingga mobil pemadam kebakaran sulit untuk masuk.
Kini petugas hanya mengandalkan pemadaman dengan cara manual menggunakan dua unit pompa apung dan satu unit mobil pemadam kebakaran yang berjaga di lokasi untuk menyuplai air.
"Di Aceh Jaya itu masih (terbakar). Kendala kita akses, karena susah masuk mobil damkar. Namun, petugas saat ini masih berupaya menggunakan alat seadanya," ucapnya.
Menurutnya, meluasnya api di Kabupaten Aceh Jaya diakibatkan hembusan angin dari tenggara. Membuat api menjalar cepat ke lahan sebelahnya. Apalagi lahan yang terbakar ialah lahan gambut, proses memadamkan apinya cukup susah.
Namun, masyarakat yang memiliki kebun juga sudah diperingatkan agar tidak membuka lahan dengan membakar. Muhammad Syahril menduga lahan yang terbakar di Aceh Jaya itu ingin digunakan oleh salah satu perusahaan untuk menanam sawit. Pihaknya sudah berkordinasi dengan instansi terkait, untuk menindak perusahaan yang sudah membakar lahan gambut.
"Kalau (lahan) gambut terbakar itu susah padam, harus kerja ekstra, apalagi alat kita masih terbatas," ujarnya.