Sampah Plastik Kotori Kawasan Baduy Dalam
- bbc
Warga Baduy tak biasa kelola sampah plastik
Kampung Baduy seperti diserbu sampah plastik. Warga yang dulu jauh dari sampah plastik ini, kini akrab dengan sampah yang sulit terurai itu.
"Tahun 2000-an, saya masih jarang menemukan sampah plastik. Sungai masih belum ada plastik lewat, di jalan-jalan juga sama, belum ada. Tapi sejak tahun 2003, sudah mulai-mulai kelihatan banyak sampah plastik," ujar Mulyono, pemuda kelahiran 1994.
Sampah plastik perlahan merambah Baduy Dalam, seiring semakin leluasanya wisatawan masuk ke kampung adat itu.
Kondisi itu bertolak belakang dengan keyakinan masyarakat Baduy Dalam yang menghindari memakai benda modern seperti plastik.
Masyarakat Baduy yang selama ini tidak pernah kesulitan mengelola sampah organik yang akan terurai dengan sendirinya ini, kini kebingungan mengatasi tumpukan sampah plastik.
Mereka yang tidak paham cara mengelolanya akhirnya memilih untuk membakar sampah plastik.
"Melihat sampah plastik pasti agak lebih sulit dari tahun ke tahun. Pendatang semakin banyak, semakin bertambah warga Baduy Dalam juga dari tahun ke tahun, khawatirnya sampah plastik kalau bertahun-tahun tidak dibakar, misalnya dibuang sembarangan saja, ditumpuk, semakin lama akan semakin meluas," kata Sapri, warga Baduy Dalam.
Tapi, Sapri menyadari membakar sampah plastik tidak menyelesaikan persoalan. Asap pembakaran sampah plastik mulai mengganggu pernafasan warga setempat.
"Pasti ada bedanya. Kalau plastik sangat menyengat hidung, juga terasa pedas, kalau sampah organik tidak terlalu dihindari, (baunya) kayak asap pepesan," ujar Sapri yang biasa dipanggil Ayah Sarno ini. "Tidak ada aturan adat menangani plastik. Dibakar bagaimana, tidak dibakar juga bagaimana?"