Di Malang, Ada 6 Pasien Suspect Corona
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVAnews - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, mengungkapkan ada enam pasien suspect corona yang ditangani oleh Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang. Rumah sakit ini memang menjadi salah satu rujukan di Jawa Timur.
Muhadjir mengatakan dari enam suspect corona itu semuanya telah dirawat di ruang isolasi dan menjalani serangkaian pemeriksaan medis. Dari enam pasien itu setelah diperiksa intensif dinyatakan negatif atau tidak terkena virus corona.
"Di sini belum ada, dan mudah-mudahan tidak ada. Yang suspect ada, ada enam suspect, tapi semuanya sudah dinyatakan negatif. Sudah pulang semua, tapi ada satu yang meninggal, dan sudah dipastikan meninggal karena penyakit lain. Hasil lab negatif, bukan corona," kata Muhadjir saat meninjau kesiapan RSSA, Malang, Jumat, 6 Maret 2020.
Sementara itu, Direktur RSSA Kohar Hari Santoso mengatakan masyarakat tidak perlu takut dengan gejala flu atau gangguan pernafasan lainnya. Sebab, gejala virus corona harus melihat riwayat pasien. Apakah pernah melakukan kontak dengan yang sedang terinfeksi corona, hingga apakah pernah berkunjung ke negara yang terpapar virus corona.
"Masyarakat kalau memang tidak kontak dengan yang sakit corona, tidak usah khawatir. Mereka yang sakit itu memang yang berasal dari negara-negara terpapar. Tapi tidak semua yang dari sana itu kami nyatakan sakit, karena ada observasi 14 hari seperti di Natuna," ujar Kohar.
Kohar mengatakan enam pasien yang awalnya diduga terinfeksi virus corona itu terjadi dalam tiga pekan terakhir. Tim medis yang menanganinya pun tim khusus, yakni PIRE (Penyakit Infeksi Re-emerging dan Emerging). Hasilnya semuanya negatif corona.
"Jadi bukan suspect, karena pasien yang kita observasi dan pantau, karena ada riwayat dia sakit, kemudian kita lihat perjalanannya. Setelah kita lihat lebih dalam, tidak memenuhi kriteria, dan yang paling final kita sudah lakukan pemeriksaan, dan ternyata negatif, tidak ditemukan virus corona," tutur Kohar.
Kohar mengungkapkan sejauh ini memang para ahli masih berjuang membuat vaksin atau obat bagi pasien terinfeksi corona. Meski begitu, masyarakat diminta lebih bijak dan tidak memiliki rasa takut yang berlebihan. Sebab, ketakutan yang berlebihan justru memperparah kondisi.
"Masyarakat bisa bijak, tidak perlu takut, dan tidak perlu memborong masker, sembako, karena itu akan berpengaruh pada kondisi masyakarat sendiri. Nanti barang-barang tidak ada, menjadi mahal," kata Kohar.
Angka Kematian
Penyebaran virus corona atau Covid-19 ke Indonesia membuat sebagian masyarakat panik. Apalagi hingga saat ini para ahli masih berusaha keras membuat vaksin atau obat untuk menyembuhkan virus corona.
Muhadjir Effendy mengatakan virus corona bisa sembuh dengan sendirinya. Puncak infeksi virus corona terjadi pada hari ke-14. Bila daya tahan tubuh kuat, virus corona bakal hilang dengan sendirinya.
"Ini masih belum ada obatnya, akan tetapi bagi mereka yang daya tahan tubuhnya bagus, akan bisa mengalahkan. Puncaknya 14 hari itu, kalau penyakitnya menyerah, orang itu akan berhasil sembuh," kata Muhadjir masih di lokasi yang sama.
Selain itu, Muhadjir mengungkapkan angka kematian pengidap virus corona tidak sampai tiga persen. Untuk itu, dia meminta masyarakat jangan panik. Sebab, bila panik justru akan memperburuk keadaan karena tidak fokus dengan upaya penyembuhan.
"Angka kematian belum sampai tiga persen di seluruh dunia. Artinya virus ini, mestinya bisa disikapi dengan cara-cara yang lebih dingin, tidak panik. Justru yang paling berbahaya adalah sikap panik masyarakat terhadap wabah ini," ujar Muhadjir.
Muhadjir mengatakan hingga saat ini pemerintah berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi wabah virus corona. Selain berusaha membuat obat, pemerintah juga menyiapkan berbagai fasilitas mulai dari rumah sakit hingga tiga pulau sebagai tempat karantina bila terjadi kemungkinan terburuk.
"Pemerintah akan semaksimal mungkin mengatasi virus corona. Virus corona ini akan kami atasi dengan cara-cara yang profesional. Disamping rumah sakit rujukan, itu juga ada rumah sakit penerimaan dan rehabilitasi, dan stabilisasi. Bahkan semua puskesmas, sudah dilatih untuk menerima pasien yang suspect corona," tutur Muhadjir.