Ciri-ciri Awal Corona Covid-19, Belajar dari Pasien Positif Asal Depok
- ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
VIVA – Dua warga Depok yang terdiri dari ibu (64) dan anaknya (31), dinyatakan positif terinfeksi virus Corona atau Covid-19. Pasien tertular setelah sang anak sempat kontak langsung dengan warga negara Jepang usai pesta dansa di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dalam jumpa pers yang digelar Selasa, 3 Maret 2020, Juru Bicara Indonesia untuk Covid-19, Achmad Yurianto mengungkapkan tahapan pasien sebelum dinyatakan positif Corona. Pasien pertama wanita (31) dan pasien kedua seorang ibu (64), tinggal dalam satu rumah.Â
Di rumah tersebut ada empat orang, pasien pertama, pasien kedua, kakak pasien pertama, dan seorang tukang kebun.Â
14 Februari 2020, pasien pertama hadir dalam suatu pesta dansa dan bertemu sekitar 50-an orang dari berbagai negara, diantaranya warga negara Jepang yang tinggal di Malaysia, yang kemudian diketahui positif Corona.
16 Februari 2020, pasien pertama mengeluhkan kurang enak badan, batuk dan badan hangat. "Sejak itu dia tidak ke mana-mana, ditunggui ibunya, dirawat ibunya (pasien kedua)," kata Yurianto.
20 Februari 2020, pasien kedua (ibu berusia 64 tahun) jatuh sakit. Sementara saudaranya serumah negatif, karena sibuk bekerja dan tidak intens bertemu kedua pasien. Begitu juga tukang kebun yang tidak intens bertemu kedua pasien.
Kedua pasien sempat berobat jalan ke rumah sakit, namun kondisinya tak membaik.
27 Februari 2020, karena kondisi tak kunjung membaik, kedua pasien dirawat di RS Mitra Keluarga Depok.
28 Februari 2020, teman dansanya warga negara Jepang tinggal di Malaysia, menelpon ke pasien pertama mengabarkan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit dengan diagnosa positif Covid-19.
"Dia (pasien pertama) menyampaikan ke dokter yang merawat, tanggal 28 dia sampaikan ke dokter yang merawat, kata dokter yang merawat 'kalau begitu dua-duanya langsung pindahkan ke RSPI'," ungkapnya.
Sesampainya di RSPI, pasien pertama menceritakan awal mula terjadi kontak dengan warga negara Jepang yang positif terinfeksi Corona. "Langsung diperiksa RSPI dan dua-duanya confirm positif (Corona)," ujar Yurianto.
Sejak saat itu, Yurianto yang juga Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, langsung mengabarkan ke Menkes dan melaporkan ke Presiden, lalu diumumkan ke publik pada 2 Maret 2020.
Menurut Yurianto, jika dilihat kronologi pasien pertama dari mulai kontak langsung dengan warga Jepang dalam sebuah pesta dansa pada 14 Februari 2020. Dua hari kemudian pasien pertama mengeluhkan sakit dan dirawat oleh ibunya.Â
Empat hari kemudian, atau 20 Februari 2020, giliran ibunya yang merawat mengalami sakit serupa. Akhirnya kedua pasien dirawat, dan dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso untuk penanganan lebih intensif.
"Selanjutnya yang kita lakukan adalah tracing contact. Kita tahu alamatnya karena memang data rumah sakit, dan kita minta Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan tracing contact," paparnya.
Riwayat Kontak
Yurianto bersyukur bahwa kedua pasien cepat tertangani karena memiliki riwayat kontak dengan orang yang positif terinfeksi Covid-19. Apalagi, si warga negara Jepang juga proaktif memberitahukan kondisinya, dengan menelpon teman dansanya (pasien pertama) di Jakarta 14 Februari lalu.Â
"Kalau tidak ada telepon kita akan semakin telat tahunya," kata Yurianto.Â
Secara umum, penanganan pasien suspect Corona akan dilacak melalui riwayat kontaknya, meliputi apakah pernah melakukan perjalanan ke negara yang tengah endemi Corona atau bertemu orang asing dari negara-negara endemi.Â
"Kalau dia tidak ada perjalanan ke luar negeri, dan dia juga tidak bercerita bahwa dia tidak bertemu orang asing, maka kita tidak masukan dia dalam ODP (orang dalam pemantauan), kemudian dia sakit maka kita akan berikan layanan sakit seperti biasanya. Dan begitu kita temukan ada tanda-tanda infeksi saluran pernafasan (ISPA) maka kita lakukan isolasi takut ke arah pneumoni (infeksi radang paru-paru)," ungkapnya.
Untuk gejala pasien Covid-19 sendiri, Yurianto mengakui memang tidak mudah dideteksi. Sebab, sulit ditemukan gejala spesifik dari pneumonia akibat Covid-19. Bahkan, pada fase awal pneumonia karena virus lain gambarannya sama persis dengan Covid-19.
"Kalau karena bakteri relatif lebih mudah, karena dari sputumnya, dari dahaknya, kita bisa lakukan kultur bakterinya, kalau virus kan enggak bisa dikultur, disamping itu kalau bakteri kita dapat gambaran lecositusnya naik," ujar Yurianto.
Bagi pasien suspect, akan dilakukan pemeriksaan spesimen, yakni mengambil sampel pasien dari dinding hidung dan mulut. Dan di rumah sakit rujukan, pasien suspect diambil menggunakan alat Bronkoskopi untuk mengambil sampel cairan dari paru-paru.
"Ini yang namanya spesimen. Nah spesimen ini yang dibawah ke laboratorium untuk diperiksa," terangnya.
Yurianto menambahkan ada dua metode dalam mendeteksi Corona. Pertama, metode cepat dengan menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction). Dalam waktu 24 jam hasilnya sudah diketahui. Kedua, dengan metode genome sequencing. Hasilnya diketahui dalam tiga hari ke depan.
Karantina 14 Hari
World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan protokol kesehatan untuk penanganan virus Corona. Bagi orang yang datang dari negara endemi virus maupun pernah kontak dengan orang asing dari negara endemi, maka wajib dilakukan karantina untuk diobservasi selama 14 hari.
14 hari merujuk sesuai dengan masa inkubasi virus Corona, yakni dalam rentang waktu 2-14 hari setelah terjadi kontak. Kalau ada kontak intensif, maka dalam rentang waktu tersebut akan muncul gejala (terpapar virus Corona).
"Kalau 14 hari tidak timbul gejala berarti aman," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Daeng Faqih.
Selama masa observasi itu, lanjut Faqih, sesuai petunjuk WHO, maka pasien untuk sementara waktu ditempatkan secara terpisah dengan masyarakat pada umumnya. Mereka mesti berada di ruang isolasi untuk memastikan mereka tidak terpapar virus Corona.
"Kalau timbul gejala akan dimasukkan ke ruang isolasi, dimonitor, dilakukan pengamanan sampai pulih," ujarnya.
 Â
Untuk penularannya sendiri, Daeng Faqih menegaskan bahwa Corona tidak menular karena terbawa udara ke wilayah sekitar. Sebab, dalam jarak 3 meter (penderita batuk atau bersin) virus tersebut jatuh ke tanah dan akan mati.Â
"Virus itu kalau medium agak lama (hidup) di dalam tubuh kita, tapi kalau di alam luar dia akan cepat mati," ungkapnya.Â
Â