Berkah Ngumpul di Haul Guru Sekumpul
- ANTARA FOTO/Bayu Pratama
VIVA –'Allah turunkan sejuta Malaikat untuk singgah di hati warga Kalimantan, untuk terus melayani jutaan umat menuju Sekumpul'. Begitu ungkapan Eza Yayang, musisi dan seorang aktor, dalam sebuah pesan via WhatsApp yang dia bagikan kepada salah seorang teman.
Eza satu dari sekian juta umat yang menghadiri peringatan Haul Abah Guru Sekumpul di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, akhir pekan lalu. Jutaan umat tumpah ruah memadati Komplek Ar Raudhah Jalan Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan, Minggu, 1 Maret 2020.
Mereka berkumpul untuk memperingati haul wafatnya almaghfirullah Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjary, atau yang akrab disapa dengan Guru Sekumpul.
Haul  wafatnya Guru Sekumpul ini memang digelar setiap tahun, setiap tanggal 5 Rajab. Seiring waktu, jemaah yang hadir kian bertambah, maka haul digelar selama dua hari. Di tahun ini, Haul ke-15 Guru Sekumpul diperingati pada 29 Februari 2020 hingga 1 Maret 2020.
Seperti perhelatan haul di tahun-tahun sebelumnya, peringatan Haul Guru Sekumpul ini dihadiri jutaan orang dari berbagai wilayah di Kalimantan. Banyak juga yang datang dari luar pulau, bahkan dari manca negara.
Layaknya perhelatan akbar, sejumlah persiapan pun dilakukan jauh hari . Tak hanya panitia atau koordinator acara saja yang sibuk, tapi semua warga sepanjang jalan menuju makam Abah Guru Sekumpul pun ikutan riuh. Seperti hajatan bersama setahun sekali.
Semua warga sekitar dari berbagai arah menuju Sekumpul berbaik hati menyambut, memberikan apapun yang bisa mereka berikan kepada pada tamu, peziarah yang hadir di Haul Abah Guru Sekumpul. Makanan, minuman dibagikan warga sejak belasan kilometer menuju tempat haul. Semua gratis, tidak ada yang bersedia dibayar. Subhanallah.
Tak hanya itu, ada juga yang menawarkan BBM gratis, tambal ban gratis, becak tumpangan gratis hingga mempersilahkan rumahnya untuk dijadikan tempat menginap cuma-cuma bagi tamu peziarah haul Guru Sekumpul. Semua diberikan tulus tanpa embel-embel pamrih.
Eza tentu punya kesan mendalam. Karena sepanjang perjalanan, Ia mengungkapkan kekagumannya pada warga Kalimantan Selatan yang berkhidmat pada haul Guru Sekumpul. Perjalanannya dari Kalimantan Timur hingga Martapura, tempat haul Guru Sekumpul, sarat akan nilai kemanusiaan yang mulai pudar.
Sepanjang perjalanan dari Kalimatan Timur ke Martapura, perhatiannya tak luput dari begitu banyak posko rest area menuju lokasi haul Guru Sekumpul. Kadang dia rehat sembari bercengkrama dengan warga yang membuka posko.
"Dimulai dari Penajam Paser Utara sampai Martapura tidak kurang dari 108 rest area persinggahan yang lengkap dengan makanan minuman dan tempat tidur sementara, disiapkan untuk jutaan umat
, jutaan manusia, takkan kelaparan, jutaan umat takkan alami kehausan dan anehnya warga yang singgah tidak diberi batasan mau makan apa saja sepuasnya dan sebanyak-banyaknya karena logistik tak pernah habis akibat sumbangan dari warga yang terus berdatangan," ungkapnya.
Ada juga jamaah haul asal Makassar yang Eza temui, mengaku sengaja memilih jalur darat ke Banjarmasin, hanya ingin melihat keramahan warga Kalimantan Selatan yang berkhidmat pada haul Guru Sekumpul. Kepada Eza, jamaah asal Makassar itu takjub, tak sepeser pun uang yang dia keluarkan untuk makanan dan minuman sepanjang perjalanan.
Â
"Saya tidak percaya, sebelumnya teman saya bercerita kalau sepanjang jalan di bumi Kalimantan yang saya lintasi menuju Martapura, uang untuk membeli nasi tidak berlaku. Ternyata benar disini semua rest area gratis dan saya sempat menangis ketika membuktikan sendiri betapa kami dihargai lebih dari seorang raja. Allah benar-benar buktikan di dunia ini masih banyak orang-orang baik dan semua ada disini," ujar jamaah asal Makassar kepada Eza Yayang.
Semua warga yang membuka posko atau warung ikhlas menyediakan makanan-minuman gratis kepada tamu. Mereka bukan santri, paham agama semuanya juga tidak. Mereka adalah warga biasa yang berkhidmat dengan ajaran paling sederhana dari agama menghormati tamu dan memberi makan bagi memerlukan.
"Rasa memiliki dan kecintaan pada agama Islam dan ketokohan Abah Guru Sekumpul membuat mereka senang riang dan bahagia bisa turut ambil bagian di rest area posko haul. Dan sadarkah kita hanya di bumi Kalimantan manusia-manusia berhati malaikat ini," ungkapnya.
Abah Guru Zaini atau Guru Sekumpul merupakan ulama kharismatik asal Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Ia hafal Alquran sejak usia 7 tahun dan menghafal kitab Tafsir Jalalain di usia 9 tahun. Guru Sekumpul belajar dengan sejumlah ulama lokal dan mancanegar. Diantara guru beliau adalah Syekh Syarwani Abdan Bangil, Syekh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Kyai Falak Bogor, Â Syaikh Yasin bin Isa Padang (Mekah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar.
Ulama yang lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942 itu mengajar agama di Musala Ar Raudhah di Jalan Sekumpul, yang dibangun oleh leluhurnya. Di Komplek Musala yang mashyur itu pula, jenazah Guru Sekumpul dikebumikan. Beliau meninggal dunia di Martapura, 10 Agustus 2005 pada usia 63 tahun.
Sedekah 600 Ekor Sapi
Pada hari pertama Haul ke-15 Guru Sekumpul (29/2) , acara dilakukan di kubah atau komplek pemakaman Guru Sekumpul, dimulai setelah Salat isya dengan pembacaan zikir, maulid dan doa. Biasanya, di hari pertama haul, acara zikir dan doa dilakukan oleh pihak keluarga bersama jamaah.
Sedangkan di hari kedua dilakukan seluruhnya oleh jamaah di Musala Ar Raudhah, yang letaknya disamping makam Guru Sekumpul. Baik di hari pertama maupun kedua, jamaah membludak, memadati jalan di sekitarnya hingga 6 kilometer. Â
Semua akses jalan menuju Jalan Sekumpul dipadati peziarah dari berbagai penjuru. Mereka bahkan rela berjalan belasan kilometer dari kantong parkir menuju lokasi haul, karena saking padatnya.
Tapi Haul ke-15 Guru Sekumpul ini digelar besar-besaran. Sebanyak 600 ekor sapi diterima panitia untuk dikonsumsi jamaah haul selama acara berlangsung. Ratusan ekor sapi itu merupakan sumbangan langsung dari sejumlah donatur dari berbagai kalangan, dari warga biasa sampai pejabat negara.
Selain sapi, panitia juga menerima sumbangan puluhan ton beras. Beras dan daging sapi diolah di 150 titik dapur umum yang disiagakan untuk memenuhi kebutuhan logistik jamaah. Biasanya, beras dan daging sapi tersebut diolah menjadi masakan khas Timur Tengah, Nasi Samin.
Disamping dapur umum, warga sekitar mendirikan posko-posko di sepanjang jalan menuju Sekumpul. Makanan, minuman dibagikan cuma-cuma di pinggir jalan. Semuanya sumbangan warga sekitar, ada juga warga yang tiba-tiba menyerahkan makanan untuk dibagikan.
Dipastikan, tak ada jamaah Haul Guru Sekumpul yang kelaparan, karena setiap jengkal tanah di Kota Intan ini, semua warganya bermurah hati berbagi rejeki.
"Kalau ditanya apa motivasinya, ingin cari berkah Abah Guru Sekumpul," kata Aulia, salah seorang relawan Haul di Posko Muara Sungai Lulut kepada VIVAnews.
"Di posko saya ada 7 ribu nasi bungkus, belum roti-roti, enggak kehitung," imbuhnya.
Arbainah, warga Banjarmasin mengaku takjub dengan tingginya antusias warga untuk berbagi dengan sesama. Tak hanya makanan, mereka juga memberikan apapun yang bisa mereka lakukan untuk kepentingan jamaah haul Sekumpul.
Ada yang mengatur parkir, mengatur lalu lintas, mencuci piring, mengangkut sampah dan banyak kesalehan sosial lainnya yang dilakukan warga Martapura dengan suka cita dan ikhlas.
"Ini merupakan bukti nyata cinta diantara umat Islam. Semoga kita semua mendapat syafa'at dari beliau (Guru Sekumpul)," kata Arbainah.