Debat dengan Dedi Mulyadi, Ridwan Saidi Kekeh Kerajaan Galuh Tak Ada

Tokoh Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan sejarawan Ridwan Saidi.
Sumber :
  • Youtube Talk Show tvOne.

VIVAnews - Tokoh Jawa Barat dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meyakini Kerajaan Galuh di Ciamis itu ada, beda dengan pandangan sejarawan Ridwan Saidi yang menyatakan sebaliknya. Dia bahkan mengaku sebagai orang yang mendorong nama Ciamis diganti menjadi Kabupaten Galuh.

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

"Prasasti itu bukan hal yang bersifat ujug-ujug sebagai landasan argumentasi yang dibuat," kata Dedi dalam acara Apa Kabar Indonesia malam di tvOne, Minggu, 16 Februari 2020.

Dedi mengatakan lima tahun yang lalu dia ikut membiayai profesor, dan sejarawan Universitas Padjajaran untuk melakukan penelitian di sisa-sisa peninggalan Kerajaan Galuh. Dan bisa disimpulkan bahwa apa yang ditinggal itu otentik peninggalan sejarah Kerajaan Galuh.

Dinilai Sebagai Alat Propaganda Soeharto, KontraS Minta Penayangan Film G30S/PKI Dihentikan

"Dari sisi tata bahasa, kalau dalam kamus bahasa Sunda yang saya baca, Galuh bisa diartikan berarti berasal dari kata Galur. Galur itu hati," kata Dedi lagi.

Menanggapi pernyataan Dedi tersebut, Ridwan Saidi tidak berubah. Ridwan tetap berpandangan bahwa tidak ada Kerajaan Galuh di Ciamis.

Terungkap! Rahasia di Balik Kecantikan Permadani Persia

"Nggak ada. Dia tidak menjelaskan bukti sama sekali. Nggak ada. Penjelasan bukti apa? Prasastinya disebut prasasti mana, dan di mana. Nggak ada dijelaskan," ujarnya.

Ridwan menuturkan Kerajaan Sunda Pakuan, yang di Bogor ada prasasti Cicatih, yang tertulis dari rajanya bernama Sri Jayabupati. Kemudian ada juga prasasti Kebantenan yang berisi power system, meminta untuk menjaga Sunda sembawa, martabat Sunda.

"Itu jelas dalam prasasti Kebantenan. Ini kan (Galuh) nggak ada," katanya.

Ridwan melanjutkan ada prasasti yang kuat sekali di Ciamis. Tapi sayang sekali, arkelog tidak dapat menerjemahkan.

"Karena itu nabatain, itu prasasti yang mengenai ajaran. Itu prasasti Cikapundung, itu abad ke-7. Dia itu ada kaitannya dengan prasasti Kebon Raya Bogor. Kebon Raya Bogor jelas itu ada mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan. Tidak ada tentang power system. Prasasti yang jelas ada power system prasasti Cicatih," ujarnya.

Atas argumentasi itu, Demi menyatakan bahwa sudut pandang Ridwan berdasarkan analis kajian sejarah yang dia miliki. Tapi dia berpandangan, di Galuh, Ciamis, itu jelas, di Astana Gede, bukti otentik yang dimiliki oleh Kerajaan Galuh.

"Kalau bicara faktor keturunan, keturunan sekarang masih ada di Ciamis. Ciamis dulu itu namanya Galuh, diubah oleh bupati pada waktu itu namanya menjadi Ciamis," kata Dedi.

Kemudian, lanjut Dedi, dari sisi spirit. Dia mengatakan sejarah bukan hanya aspek analitik yang bersifat akademik tapi dirasakan pada pendekatan batiniah rasa.

"Saya sebagai orang Sunda merasakan spirit Galuh sangat kuat," tutur Dedi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya