BMKG: Gempa Susulan di Ambon Sudah 3.089 Kali sejak September 2019
- BMKG
VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terus memantau aktivitas gempa susulan di Ambon. Bahkan, masih terjadi gempa dengan magnitudo 3,2 pada Selasa, 11 Februari 2020 yang dirasakan dalam skala intensitas II MMI di Kecamatan Kairatu.
Secara keseluruhan, sebagaimana siaran pers Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, BMKG mencatat sejak 26 September 2019, di Ambon telah terjadi gempa susulan sebanyak 3.089 kali dan 337 kali di antaranya gempa susulan yang dirasakan guncangannya oleh masyarakat.
Frekuensi dan Magnitudo Menurun
Hasil pemantauan terkini BMKG menunjukkan bahwa baik magnitudo dan frekuensi gempa Ambon sudah menurun. Gempa susulan berkekuatan M=5,0 terakhir di Ambon terjadi pada 12 November 2019, sedangkan gempa susulan berkekuatan M=4,0 terakhir terjadi pada 6 Desember 2019.
Berdasarkan fakta itu, tampak bahwa sejak awal Desember 2019 di Ambon hanya terjadi aktivitas gempa kecil berkekuatan M=3,0. Tetapi karena kedalamannya sangat dangkal dan relatif dekat permukiman penduduk, maka dapat dirasakan guncangannya.
Saking dangkalnya hiposenter, gempa dengan kekuatan M=2,0 pun di Ambon dapat dirasakan. Bahkan gempa terkecil yang pernah terjadi dan dapat dirasakan di Ambon memiliki kekuatan M=1,6 yang berpusat di Teluk Ambon pada 7 Oktober 2019.
Seperti halnya di Lombok, hingga kini di Ambon sudah memasuki periode post seismik. Namun demikian, gempa susulan berkekuatan kecil masih berpotensi terjadi.
Banyak Gempa Susulan
Aktivitas gempa susulan di Ambon termasuk fenomena langka. Hal ini dikarenakan dengan gempa utama (mainshock) yang berkekuatan M=6,5 tetapi diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang jumlahnya sangat banyak.
Ada beberapa sebab mengapa gempa susulan di Ambon sangat banyak. Pertama, adanya “triggered off-fault seismicity”, yaitu munculnya aktivitas gempa-gempa yang jumlahnya banyak karena terpicu di jalur sesar yang berada di luar bidang sesar gempa utama.
Jika mencermati sebaran aktivitas gempa Ambon tampak bahwa aktivitas gempanya tidak hanya terjadi di zona sesar utama, tetapi tersebar pada beberapa gugus dalam wilayah yang luas.
Saat terjadi gempa utama pada 26 September 2019, ternyata gempa itu sanggup memicu aktifnya beberapa percabangan sesar (fault splay) dan segmen sesar lain yang ada di sekitar sesar utama. Maka zona aktivitas gempa menjadi semakin meluas dan gempa terus terjadi di berbagai segmen aktif.
Hasil relokasi episenter gempa susulan menggunakan data BMKG yang terpilih sebanyak 537 gempa susulan menunjukkan adanya beberapa gugus episenter.
Kluster utama adalah gugus aktivitas gempa susulan produk sesar utama yang mencakup di dalamnya episenter gempa utama. Gugus ini paling aktif berarah hampir selatan-utara dan terletak di antara Ambon dan Haruku dengan episenter dominan terletak di laut.
Sementara itu, gugus sekunder adalah gugus aktivitas gempa susulan yang tersebar di luar gugus utama. Gugus ini berada di Pulau Ambon, Kairatu, dan selatan Haruku.
Kedua, kondisi batuan di zona gempa Ambon memiliki karakteristik rapuh (brittle) dan tidak elastis (ductile) sehingga mudah mengalami rekahan (rupture) yang menyebabkan terjadinya banyak aktivitas gempa susulan.
Ketiga, gempa Ambon memiliki “stress drop” yang rendah. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, gempa dengan “stress drop” yang rendah maka cenderung akan memproduksi gempa susulan yang lebih banyak.
Sesar Aktif Baru
Hasil pemetaan sebaran pusat gempa susulan oleh BMKG, selain dapat menjawab fenomena banyaknya aktivitas gempa yang terpicu di luar bidang sesar utama, juga memberi petunjuk keberadaan sesar aktif baru.
Aktivitas gempa merupakan penanda aktifnya sebuah sesar. Sebaran gempa susulan menunjukkan bidang rekahan batuan (rupture). Jika sebaran pusat gempa membentuk pola kelurusan, maka ini merupakan salah satu indikasi adanya sesar aktif.
Sebaran aktivitas gempa susulan di Ambon pada gugus utama dengan pola kelurusan yang hampir berarah selatan-utara yang terletak di antara Ambon dan Haruku mencerminkan adanya aktivitas sesar aktif di antara Ambon dan Haruku dengan panjang diperkirakan sekitar 42 kilometer.
Untuk mengidentifikasi strukturnya, maka perlu dilakukan upaya identifikasi struktur sesar di dasar laut antara Ambon dan Haruku. Identifikasi sesar aktif ini sangat penting untuk menyusun peta sesar aktif baru yang nantinya dijadikan sebagai acuan kajian bahaya dan risiko gempa bumi serta tsunami di Ambon dan sekitarnya.