PP Muhammadiyah: Gus Sholah Kiai Moderat Peduli HAM dan Demokrasi

Gus Sholah dan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Sumber :
  • Dok. PP Muhammadiyah.

VIVA – KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menghembuskan nafas terakhirnya di RS Jantung Harapan Kita, Minggu, 2 Februari 2020 pukul 20.55 WIB. Gus Sholah meninggal di usia 77 tahun.

Bawaslu Minta Sentra Gakkumdu Rumuskan Lagi Hukum Acara Pemilu

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan belasungkawa dan duka cita warga Muhammadiyah atas berpulangnya Gus Sholah.

"Kami merasa kehilangan sosok yang rendah hati terbuka, demokratis, peduli pada HAM dan moderat," ujar Haedar, Senin, 3 Februari 2020.

DPR Akan Kaji Usulan Pemilu Nasional dan Lokal tapi Tidak Sekarang

Haedar menilai sosok pengasuh Ponpes Tebu Ireng ini sebagai sosok ulama atau kiai yang mengembangkan dan menjaga Islam moderat di Indonesia. Sosok Gus Sholah dinilai mampu merangkul banyak kalangan dan mampu menjadi penengah.

Haedar menerangkan sebagai ulama, Gus Sholah selalu menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang moderat. Gus Sholah, sambung Haedar, tak pernah mengeluarkan statemen-statemen yang membuat gaduh umat.

Dubes Rusia Ungkap Alasan Negaranya Beri Suaka kepada Mantan Presiden Suriah Assad

"Beliau selalu menunjukkan sikap yang moderat dalam kehidupannya. Beliau juga jarang membuat pernyataan dan sikap yang ekstrem yang menimbulkan kontroversi, yang itu menunjukkan sikap kemoderatan Gus Sholah," ungkap Haedar.

Gus Sholah, lanjut Haedar, adalah sosok yang peduli dengan proses demokrasi di Indonesia. Dalam pemikirannya, Gus Sholah selalu menempatkan rakyat memperoleh tempat dalam berbangsa bernegara dalam balutan kebersamaan dan persatuan.

Haedar menambahkan pada Pemilu 2019 yang lalu saat masyarakat rentan digesekkan secara keras dan kencang, Gus Sholah dan dirinya menginisiasi pertemuan-pertemuan sejumlah tokoh dari lintas organisasi. Tujuannya agar Pemilu 2019 tak menjadi gaduh dan berujung pada konflik yang merusak bangsa dan negara.

"Semangatnya adalah bagaimana pemilu itu tidak hanya jadi tempat untuk aspirasi rakyat dan kontestasi politik, tapi tetap menjaga kebersamaan, tidak gaduh dan tidak menimbulkan konflik yang dapat merusak persatuan bangsa," tegas Haedar.

Haedar menceritakan pada 31 Januari 2020 yang lalu dirinya sempat menjenguk Gus Sholah di RS. Hanya saja Haedar tak bertemu langsung karena Gus Sholah sedang menjalani proses operasi.

"Saya menengok terakhir hari Jumat, tanggal 31 Januari. Tapi beliau dalam proses operasi. Saya ditemui istri beliau dan Menag periode lalu (Lukman Hakim Saifuddin) yang juga adik ipar beliau," ungkap Haedar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya