Terisolasi di Wuhan, Adik Fahrur Rozi Kadang Hanya Makan Sayur

Kota Wuhan di China asal virus Corona bak kota mati.
Sumber :
  • Sumber: BBC

VIVAnews - Kabar soal kondisi baik yang dialami warga negara Indonesia yang 'terjebak' di China, terutama di kota asal virus Corona di Wuhan, Provinsi Hubei, tak membuat keluarga mereka di Tanah Air tenang. Keresahan tetap menggelayut.

Presiden China Xi Jinping: Solusi Dua-Negara Fundamental untuk Perdamaian Palestina

Apalagi, bahan makanan yang tersedia di sana terbatas. Mereka harus berhemat, karena banyak toko yang tutup, sementara bantuan logistik tak datang setiap waktu datang.

Salah satu yang gelisah dengan keadaan di Wuhan, ialah Fahrur Rozi, warga Surabaya, Jawa Timur. Ia adalah kakak dari Husniyah, mahasiswi Central China Normal University (CCNU) yang turut 'terjebak' di Wuhan.

China: Kegagalan Gencatan Senjata di Gaza Akar Penyebab Kekacauan di Timur Tengah

"Adik saya sebenarnya asal Bekasi, cuma ikut saya di Surabaya," katanya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu malam, 29 Januari 2020.

Fahrur mengaku berkomunikasi secara intensif dengan adiknya melalui sambungan telepon, juga video call. Sebelum datang ke Grahadi, menghadiri pertemuan para orang tua mahasiswa di Wuhan dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, ia mengaku berkomunikasi dengan Husniyah.

Dilema Produsen Mobil Listrik China: Laris tapi Merugi

"Barusan saya kontak (Husniyah)," ujarnya.

Secara umum, lanjut Fahrur, memang tidak ada hal yang mengkhawatirkan dari kondisi Husniyah dan kawan-kawannya di Wuhan. Kejiwaan mereka juga tidak terguncang. Namun, keinginan untuk pulang selalu disampaikan Husniyah kala bertelepon-teleponan.

"Stres sih enggak stres, cuma (Husniyah bilang) ingin pulang saja," cerita dia.

Hal yang membuat Fahrur gelisah, ialah keterbatasan bahan makanan dan vitamin. Menurut cerita dari adiknya, hanya satu toko di dekat asrama adiknya yang buka, itu pun buka sebentar karena keterbatasan stok.

"Ada toko satu buka, tetapi kadang-kadang cepat habis, kadang-kadang cuma makan sayur saja, itu pun mahal banget harga sayurnya," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Kedutaan Besar RI di Beijing, telah membentuk posko di Kota Changsa, kota terdekat dari Provinsi Hubei, untuk memudahkan pemantauan dan penyampaian bantuan kepada warga negara Indonesia yang terdampak karantina.

Dalam video yang dirilis Kementerian Luar Negeri, hari ini belasan mahasiswa Indonesia bersama-sama berbelanja kebutuhan pokok untuk bahan makanan.

Mereka berbelanja telur, beras, dan sayur-sayuran. Tampak, para mahasiswa tersebut, berbelanja sambil mengenakan masker kesehatan.

"KBRI dari waktu ke waktu terus berkomunikasi dengan WNI. Secara umum, kondisi mereka baik dan kebutuhan sehari-hari masih terpenuhi," tulis keterangan resmi KBRI Beijing, Rabu 29 Januari 2020.

Sikap tanggap KBRI di Beijing kepada WNI yang terjebak di Wuhan, juga disampaikan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di dalam pertemuan di Grahadi. Ia mengatakan, berdasarkan data sementara yang terkonfirmasi, sebanyak 248 warga Jatim, sampai kini berada di beberapa provinsi dan kota di China, termasuk di Wuhan. Mereka belum bisa pulang ke Indonesia, karena wabah Corona.

Khofifah memaklumi, harapan para keluarga agar anak dan saudara mereka segera dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Ia mengaku berkomunikasi terus dengan pihak Kementerian Luar Negeri untuk proses pemulangan semua WNI yang ada di China.

"Ibu Menlu menyampaikan sekarang tahap finalisasi (rencana) evakuasi," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya