Kisah Nelayan Natuna Gali Lubang Tutup Lubang Hidup di Surga Ikan
- bbc
Kabupaten Natuna di provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah, dari ikan, minyak hingga gas bumi.
Namun penduduknya mengaku tidak mudah bagi mereka untuk mencapai kemakmuran. Warga di Pulau Tiga Barat, misalnya, harus "gali lubang dan tutup lubang" bahkan berutang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemerintah Indonesia berjanji untuk segera membangun fasilitas yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan nelayan Natuna secara komprehensif.
Berikut cerita sejumlah nelayan kepada wartawan BBC News Indonesia Raja Eben Lumbanrau di Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (13/01).
Sudah dua hari, nelayan Pulau Tiga Barat, Hafis Sama, pergi ke laut mencari ikan.
Namun yang didapat hanya seekor ikan tongkol berukuran sekitar dua kilogram dengan harga kurang dari Rp40.000.
Padahal, ia telah mengeluarkan uang lebih dari Rp300.000 per hari untuk biaya operasional selama di laut, seperti untuk bahan bakar minyak, es untuk mengawetkan ikan, makanan dan minuman.
Di hari ketiga, Hafis yang memiliki kapal berukuran kurang dari setengah gross tonnage (GT) itu pun memutuskan untuk tidak melaut.
"Kita tekor, tongkol tidak ada. Padahal kita bon (berutang) dulu minyaknya," kata Hafis.
Hafis yang tamatan sekolah dasar itu mengungkapkan pernah berutang hingga 100 liter bahan bakar kepada agen minyak karena tidak mendapat hasil ikan yang cukup.
"Tapi, kalau tidak pergi (melaut) tidak mungkin. Ya itulah (akhirnya) utang terus," kata Hafis yang melaut maksimal sejauh 20 mil.
Ia mencicil untuk melunasi utangnya. Untungnya, kata Hafis, tidak ada bunga atas utang tersebut.
Istri Hafis, Bariah mengatakan selain utang untuk keperluan melaut, mereka sering mengutang ke warung untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Kadang (utang) Rp100.000 kalau dikasih orang, kalau tidak ya Rp50.000. Itu pun satu minggu baru bayar utang di kedai," keluh Bariah yang memiliki dua anak.
Rumah Hafis dan Bariah terbuat dari kayu yang berdiri di atas air di pinggir pantai Pulau Tiga Barat.
Di belakang rumahnya, tersandar kapal ikan dan keramba kecil yang dulu digunakan untuk membesarkan ikan.