Intip Ritual Mistis Penyucian Diri Keraton Agung Sejagat
- VIVAnews/Dwi Royanto
VIVA – Sembilan hari sejak penangkapan Toto Santoso (42 tahun) dan Fanni Aminadia (41 tahun), pendiri Keraton Agung Sejagat (KAS) di desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, sejumlah fakta baru terus diungkap polisi. Salah satunya yakni adanya semacam ritual penyucian diri bagi para pengikut kerajaan “abal-abal” tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Polisi Iskandar Fitriana Sutisna, mengungkapkan fakta tak terduga itu dari pemeriksaan pelaku serta para saksi yang merupakan pengikut Keraton Agung Sejagat.
Ritual Keraton Agung Sejagat itu bernama Sendang Kamulyan. Ritual mistis tersebut dilakukan di sebuah sendang sakral yang sengaja dibangun di lokasi keraton. Pemilihan harinya pun khusus setiap hari pasaran Jawa yakni Kliwon.
"Ya mereka melakukan setiap Kliwon, misal Kamis Keliwon, Jumat Kliwon, Selasa Keliwon untuk membersihkan diri mereka di kolam suci tersebut," kata Iskandar di Semarang, Kamis, 23 Januari 2020.
Di kolam tersebut mereka berendam. Di sisi-sisi itu ada kolam raja dan ratu, yakni Toto dan Fanni, sedangkan untuk sisi timur untuk laki-laki dan sisi barat untuk perempuan. Sebelum ritual itu dilakukan dengan ditaburi bunga-bunga terlebih dahulu.
Setelah melakukan ritual membersihkan diri dari kolam suci tersebut, mereka melanjutkan dengan membakar dupa yang tempatnya berdekatan dengan kolam suci. Para pengikut ini kemudian melanjutkan ritual di sebuah batu yang menurut mereka dianggap sebagai batu bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram.
"Jadi ada urut-urutannya, mereka melakukan ritual di kolam suci, membakar dupa, dan dilanjutkan ke batu yang dianggap mereka bersejarah," katanya.
Sementara itu, salah satu mantan pengikut KAS, Setyono Eko Pratolo, mengungkapkan bahwa air sendang Kamulyan sebenarnya hanyalah sendang biasa. Tidak ada kaitannya dengan hal-hal mistis lainnya.
"Itu airnya biasa mas. Air kali," ujarnya saat dikonfirmasi secara terpisah.
Menurut Eko, sendang tersebut tak mempunyai khasiat apapun. Dulu memang ia percaya sendang tersebut memiliki “kekuatan” karena termakan omongan palsu dari para petinggi keraton. Bahkan saat itu banyak anggota KAS yang berbondong-bondong mengambil air sendang tersebut untuk dibawa pulang dan percaya akan khasiatnya.
"Konon katanya itu membawa keberkahan, rezeki, penyembuh penyakit, tapi semua itu bohong, enggak ada," ujar Eko yang juga sebagai perangkat desa Pogung Jurutengah tersebut.
Berdasarkan temuan Polda Jawa Tengah, selain sendang suci palsu, ada sebuah prasasti batu sejarah yang ternyata juga abal-abal. Batu tersebut diambil dari salah satu gunung yang ada Puworejo.
Prasasti dengan gambar dan tulisan tersebut adalah hasil karya dari seorang pemahat yang bernama Empu Wijoyo Kusumo, yang saat ini masih hidup. Motif pahatan yang ada di batu tersebut juga mencontoh motif yang ada di internet.