Arkeolog Ragukan Kabar Pusaka Leluhur Majapahit Dikuasai Amerika
- VIVAnews/Lucky Aditya
VIVA – Pataka atau pusaka Kerajaan Singasari (sering pula ditulis Singhasari atau Singosari) dikabarkan berada di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat. Empat pataka itu, antara lain Pataka Sang Dwija Naga Nareswara, Pataka Sang Padmanaba Wiranagari, Pataka Sang Hyang Naga Amawabhumi, dan Pataka Hyang Baruna Naga Buntala.
Arkeolog Badan Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan belum ada literasi yang menyatakan panji-panji kerajaan Singasari berada di Amerika. Bahkan, tidak ada literatur yang menyatakan benda-benda cagar budaya itu telah ditemukan di Indonesia sebelum dibawa ke Amerika.
"Pertama, tidak ada literasi terkait dengan itu, terkait panji-panji kerajaan Singosari yang dimaksud. Yang kedua, tidak ada literasi, kok bisa ada pernyataan di bawah ke Amerika--buktinya apa dulu," kata Wicaksono ketika dikonfirmasi VIVA, Rabu, 22 Januari 2020.
BPCB merupakan kepanjangan tangan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk urusan cagar budaya. Wicaksono mengatakan, wujud asli empat pataka legendaris itu belum diketahui hingga kini. Menurutnya, bila empat pataka itu ditemukan, yang perlu ditelusuri adalah identifikasi orisinalitasnya.
Di BPCB ada ahli arkeolog bertugas mengukur nilai sejarah dan mempertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa benda itu memiliki sejarah kepurbakalaan. BPCB bersedia pergi ke Amerika untuk mencari pataka yang hilang, selama informasi yang diterima dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Kalau benar, kita bisa urus; kalau datanya enggak valid, cuma katanya, bagaimana kita bisa mengurus ke Amerika? Kalau cuma 'katanya', bisa diketawain sama Amerika. Yang perlu diketahui itu pataka Singasari benar buatan lama atau jangan-jangan buatan pengrajin Trowulan, buatan baru. Jangan-jangan mereka (Amerika) ketipu juga," ujar Wicaksono.
Untuk pataka yang ada di Amerika, menurutnya, perlu dites dengan dibawa ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk mengukur kandungan bahan logamnya. Maka akan diketahui pula pataka di Amerika menggunakan bahan logam lama atau buatan baru. Biasanya hal ini dilakukan bila dokumen-dokumen sejarah benda purbakala hilang, sehingga dilihat dari bahan-bahan pusakanya.
"Terkait literasi itu ya benar memang belum ada catatan terkait keberadaan pataka yang asli. Kalau mau berkoordinasi dengan kami, bisa untuk menelusuri temuan bersejarah. Kalau memang infonya itu valid, akan kami telusuri walaupun sampai New York," ujarnya.
Benda-benda peninggalan Singasari, dia mengingatkan, sangat penting bagi sejarah nasional. Dia menegaskan BPCB siap bekerja sama dengan pihak museum, untuk menelusuri keberadaan empat pataka dikabarkan berada di Amerika.
Sementara itu, mutrani atau replika empat pataka bisa dilihat di Museum Ganesya, Malang, Jawa Timur. Museum itu menampilkan replika empat pataka milik kerajaan Singasari itu. Replika yang dipajang di sana diharapkan bisa dijadikan pembelajaran pengunjung museum agar mengenal pataka milik Singasari.
"Pataka kami Mutrani itu barang baru, bukan benda lama. Museum kami membikin untuk melihat pataka yang asli seperti apa bentuknya. Akhirnya kita membuat, untuk memperkenalkan pataka ini. Kita penelitian secara online dan melihat langsung di Museum Nasional, di Jakarta," ujar Public Relation Museum Ganesya, Tri Djunianto Prabowo. (ren)