Tuduhan Bupati Nonaktif Lampung Tengah ke Azis Syamsudin Tak Nyambung

Bupati nonaktif Lampung Tengah Mustafa menjalani sidang
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA - Bupati nonaktif Lampung Tengah, Mustafa, menyebut anggota DPR Azis Syamsudin meminta fee 8 persen dari persetujuan Dana Alokasi Khusus APBN-P 2017. Terkait pernyataan tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Fahmi Hafel menilai apa yang dikatakan Mustafa tidak nyambung dengan perkara hukum yang dijalani.

"Ini jelas merupakan pernyataan Mustafa yang tidak nyambung dengan perkara hukum yang sudah dijalani," kata Fahmi kepada wartawan, Kamis, 16 Januari 2020.

Fahmi menjelaskan, kasus Mustafa adalah terkait suap kepada anggota DPRD Lampung Tengah. Sementara itu, pemberian uang tersebut bertujuan agar anggota DPRD memberikan persetujuan terhadap rencana pinjaman daerah Kabupaten Lampung Tengah kepada PT Sarana Multi Infrastruktur sebesar Rp300 miliar pada tahun anggaran 2018.

"Jadi pernyataan Mustafa bisa dianggap sebagai angin lalu atau pernyataan yang dibuat-buat, karena peristiwa hukum saja berbeda dan dalam penyaluran DAK 2017 Lampung Tengah tidak ada peristiwa hukum tindak pidana," ujar Fahmi.

"Jadi apa yang dikatakan Mustafa bisa jadi hanya omong kosong dan tidak masuk dalam peristiwa tindak pidana korupsi," katanya.

Fahmi menuturkan, pada Pasal 189 ayat (2) KUHAP berbunyi 'Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya'.

"Nah, ini kasus yang didakwakan pada Mustafa tidak ada hubungannya dengan pengucuran DAK APBN-P 2017," katanya.

Dengan begitu, lanjut Fahmi, keterangan terdakwa yang dinyatakan di luar sidang seperti yang dilakukan Mustafa tidak dapat dinilai sebagai alat bukti. Oleh karena itu, tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti.

Polemik Usia Pensiun TNI, Kasad Maruli: 60 Tahun Kami Masih Sehat

Akan tetapi, dapat dipergunakan “membantu” menemukan bukti di sidang pengadilan. Dengan catatan, keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang ada hubungannya mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

"Sedangkan Mustafa bukan lagi berstatus terdakwa tetapi sudah berstatus narapidana. Jadi apa yang dilaporkan Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) ke KPK terkait pernyataan Mustafa sudah salah kaprah dan tidak pada tempatnya," katanya.

DPR: Penempatan Anggota TNI di Jabatan Sipil Harus Didasarkan pada Kompetensi

Sebelumnya, Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) melaporkan Wakil Ketua DPR Fraksi Golkar, Azis Syamsuddin ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan tersebut bersandar pada keterangan mantan Bupati Lampung Tengah, Mustafa, yang menyebut Azis meminta fee 8 persen dari persetujuan Dana Alokasi Khusus APBN- P 2017. Tak hanya ke KPK, KAKI juga melaporkan Azis ke Mahkamah Kehormatan DPR (MKD).

Mustafa telah divonis tiga tahun penjara oleh Majelis Hakim pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta akibat kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2018. Mustafa terbukti menyuap beberapa anggota DPRD Lampung Tengah sejumlah Rp9,6 miliar.

Hakim Tolak Eksepsi, Tom Masih Kecewa ke Jaksa: Kualitas Dakwaan Patut Disesalkan

Penyuapan itu dilakukan bersama-sama Kepala Dinas Bina Marga Lampung Tengah, Taufik Rahman. Sejumlah anggota DPRD Lampung Tengah periode 2014-2019 yang disebut menerima suap yakni, Natalis Sinaga, Rusliyanto, Achmad Junaidi Sunardi, dan Raden Zugiri. Kemudian, Bunyana dan Zainuddin.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Harli Siregar

Ini yang Disita Kejagung Saat Geledah Depo Pertamina Plumpang Terkait Kasus Korupsi Minyak Mentah

Kejagung memeriksa sejumlah saksi dalam kasus ini.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2025