Tanah di Gunungkidul Terbelah Sepanjang 16 Meter

Tanah terbelah di Kecamatan Tepus, Gunungkidul
Sumber :
  • VIVAnews/Cahyo Edi

VIVA – Tanah di Pedukuhan Brongkol, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta terbelah. Tanah tersebut terbelah sepanjang 16 meter dengan kedalaman lebih kurang tiga meter.

Bakal Jadi Primadona Baru, Pantai Slili Yogyakarta Hadirkan Nuansa Tropis ala Meksiko

Terbelahnya tanah sepanjang 16 meter itu menyebabkan 20 kepala keluarga (KK) di Pedukuhan Kenis, Desa Purwodadi terancam tanah longsor. Sebanyak 20 KK tersebut berada di bawah tanah yang terbelah itu.

Kepala Desa Purwodadi, Sugiyanto menuturkan, tanah terbelah ini terjadi pada Senin, 6 Januari 2020. Terbelahnya tanah terjadi usai hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

Mengupas Mitos Pulung Gantung di Gunungkidul Lewat Film Ini

Sugiyanto menjelaskan, saat hujan tersebut, material tanah dari atas bukit menutup jalan di Pedukuhan Kenis setinggi kurang lebih 20 sentimeter (cm). Selain itu, ada pelataran rumah warga yang tertutup material longsor hingga 70 cm.

Terkait tanah terbelah itu, Sugiyanto merinci posisinya berada di bukit yang ada di atas Pedukuhan Kenis. Sugiyanto menerangkan, di aliran tanah yang terbelah itu saat hujan turun material tanah masih ada yang terbawa turun ke permukiman warga.

Pemkab Gunungkidul Bikin Program Khusus Merawat Air, Kenapa?

“Material tanah masih banyak di atas. Semalam hujan diameter rekahannya tambah. Hujan tidak begitu deras tapi waktunya agak lama, sekitar 3-4 jam. Tidak deras tapi durasi lama mau tidak mau air terkumpul, dan aliran menjadi deras. Di bawahnya ada sekitar 20 KK terancam. Kalau satu KK rata-rata empat orang berarti 80 jiwa,” ujar Sugiyanto, Rabu 8 Januari 2020.

Terkait potensi longsor, Sugiyanto menyebut pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Di antaranya dengan membuat talud untuk menahan aliran air.

“Kemarin saya koordinasikan baik sekdes untuk sementara, karena tanggap darurat kemarin ada sejenis kesepakatan. Kita bantu untuk sementara dari desa untuk menyediakan batu yang untuk talud. Kalau talud saya kira enggak (bisa) itu harus ada saluran air dari titik itu sampai sekitarnya aman di permukiman,” urai Sugiyanto.

Terpisah, warga sekitar di lokasi, Suyatno menceritakan, saat kejadian sempat terdengar suara gemuruh. Bersamaan dengan suara gemuruh itu, tanah terbelah dan pohon di sekitarnya bertumbangan.

“Kemarin sudah lapor ke desa, kecamatan dan BPBD, dan sudah meninjau secara langsung. Bengkahnya (rekahannya) panjang dampaknya ke warga yang di bawah,” ungkap Suyatno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya