BPPT Modifikasi Cuaca, Antisipasi Hujan Ekstrem Tengah Januari 2020
- bbc
Akan tetapi, ahli cuaca dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Armi Susandi, menilai upaya modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah saat ini telat dan tidak efektif.
"Iya, telat sekali, dan saya kira ini tidak pada waktunya. Apakah (TMC) baik? Iya baik sekali. Tapi apakah sesuai dengan yang diharapkan mengatasi banjir? Saya kira tidak, karena kalau dibiarkan saja tanpa TMC perkiraan kami tidak akan banjir," kata Armi.
Berdasarkan perhitungan dan perkiraannya, lanjut Armi, kini tidak ada lagi awan hujan yang bisa membuat Jakarta dan sekitarnya banjir, setidaknya dalam waktu satu minggu ke depan.
Armi melanjutkan, kini sudah tidak ada lagi u tumpukan massa udara dalam jumlah banyak yang dapat menyebabkan hujan di wilayah Jabodetabek.
"Saat ini justru massa udara sudah bergeser jauh ke wilayah timur Indonesia, seperti Papua. Jadi potensi-potensi banjir berikutnya yang akan terjadi itu di Papua, Papua Barat, Sulawesi, Maluku," katanya.
Armi mendukung upaya TMC jika di masa depan terdapat tumpukan massa udara yang berpotensi menyebabkan banjir besar. Menurutnya, TMC tidak menimbulkan efek samping atau negatif.
"Saya kira tidak ada minusnya, perbandingan (garam) sangat kecil sekali dan hanya seperti debu di lautan di padang pasir, tidak ada arti apa-apa," katanya.
Armi memberikan beberapa masukan guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan TMC, yaitu memaksimalkan waktu pengisian garam ke pesawat agar kurang dari dua jam karena dinamika atmosfir sangat cepat mengalami perubahan.
"Dan mengerahkan dua pesawat minimal saat menyemai awan karena terbang satu-satu saya kira tidak efektif karena luas Jakarta, apalagi jabodetabek kan, saya kira setidaknya minimum dua atau tiga sekaligus terbang."