Kisah Korban Banjir Lebak Banten: Air Bah 1,5 Meter Menerjang
- bbc
Kawasan di sekitar Sungai Ciberang di Desa Banjarsari, Lebak Gedong, Provinsi Banten, termasuk kawasan yang paling parah diterjang banjir bandang pada awal tahun 2020.
Seorang warga berusia 52 tahun bernama Aminudin menceritakan bagaimana banjir bandang menerjang pohon dan menghanyutkan rumah-rumah milik warga, termasuk menghancurkan rumah miliknya.
"Air datang dari arah kali, air setinggi satu setengah meter menabrak pohon yang kemudian tumbang ... air yang bercampur lumpur dan pohon menabrak tiga rumah. Rumah-rumah itu terseret," kata Aminudin kepada wartawan Alfi Syahrin yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Rumah Aminudin rusak berar akibat terjangan banjir.
Menghadapi situasi mencekam ini, ia mengatakan tak banyak yang dapat dilakukan.
Yang menjadi pemikirannya saat itu adalah menyelamatkan anggota keluarga dan beberapa dokumen penting.
"Ada surat-surat penting yang tak sempat saya selamatkan. Nanti kalau sudah surut ke sana lagi," kata Aminudin.
Aminudin hingga Minggu (05/01) masih berada di pengungsian dan mengatakan trauma dengan kejadian ini. Ribuan orang terdampak oleh banjir.
Banjir bandang dengan skala seperti ini baru pertama kali terjadi di Banjarsari.
Bencana berawal dari hujan deras pada Selasa (31/12) sore.
Hujan deras membuat gemuruh aliran Sungai Ciberang terdengar semakin kencang.
Curah hujan tak kunjung reda dan turun selama sekitar dua hari satu malam, yang menyebabkan debit air Sungai Ciberang meningkat dan mulai memasuki permukiman warga.
Air datang tiba-tiba
Mengantisipasi situasi memburuk, warga bergotong royong membenahi saluran-saluran air. Warga panik karena volume air terus meningkat.
"Saya di rumah tak ikut gotong royong ... tiba-tiba air naik dari wahangan (semacam kolam yang dibuat di sisi sungai) sama lumpur-lumpur itu, kan di atasnya longsor dari Kampung Jaha, [tinggi air sampai] satu setengah meter" kata Aminudin.
Melihat kondisi yang semakin membahayakan, ia langsung memanggil anggota keluarga untuk keluar rumah dan berlari ke rumah warga lain yang berada di daerah yang lebih tinggi.
Banjir dan longsor juga menyebabkan putusnya jalan dan jembatan penghubung yang mempersulit pengiriman bantuan dan evakuasi.
Ifan Fadli, warga Kampung Muara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong, baru dapat dievakuasi oleh TIM SAR Gabungan pada hari keempat setelah banjir datang.
"Walau di kampung kami tak longsor atau banjir, tapi melihat longsoran di kampung sebelah jadi khawatir," kata Ifan saat ditemui di posko pengungsian.
"Ketika pertama kali menerima informasi ada longsor dan banjir bandang, kami lari sebisanya menjauh dari tebing-tebing," tambahnya.
Ia menceritakan bahwa sebagian keluarganya masih berada di rumah dan belum terevakuasi karena akses jalan yang masih tertutup longsor dan putusnya jembatan penghubung menuju desa mereka."Ini istri sedang hamil sembilan bulan, takut melahirkan, warga lain sudah mengungsi ... dari hari pertama bertahan menunggu bantuan," kata Ifan.
"Untungnya ada petugas dari Polri dan TNI yang membantu evakuasi," katanya.