Catat, Liburan Natal dan Tahun Baru Pendakian Gunung Semeru Ditutup
- Twitter @Sutopo_PN
VIVA – Pendakian Gunung Semeru dari tahun ke tahun, selalu menjadi salah satu tempat favorit untuk menunggu malam pergantian tahun. Namun, pada tahun ini para pendaki dipastikan tidak bisa merayakan di puncak tertinggi tanah Jawa itu.
Sebab, jalur pendakian ke Gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut itu masih ditutup. Penutupan total dilakukan sejak akhir September, menyusul kebakaran hutan yang terjadi di kawasan Gunung Semeru.
"Nanti juga pasti akan kita buka, tetapi saat ini memang belum bisa karena kami anggap belum safety. Jadi, kami ingin jalur menuju Semeru ini benar-benar settle," kata Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar TNBTS, Syarif Hidayat, Minggu 29 Desember 2019.
Syarif mengatakan, usai kemarau panjang di 2019, serta kebakaran hutan di beberapa titik, kondisi permukaan tanah dianggap masih belum stabil. Ancaman alam bagi pendaki bila jalur dibuka adalah tanah longsor dan pohon tumbang, karena rapuh akibat terbakar.
"Jadi, jangan sampai pas kita buka dengan situasi seperti saat ini, justru malah menimbulkan efek negatif bagi para pengunjung. Seperti longsor, pohon tumbang, atau batu yang runtuh," ujar Syarif.
Saat ini, tim Balai Besar TNBTS masih melihat dan melakukan sterilisasi jalur pendakian sebelum benar-benar dinyatakan aman bagi para pendaki. Setelah semua proses sterilisasi rampung jalur pendakian mulai dibuka. Aturan lama masih diberlakukan, yakni pendakian dilarang ke Puncak Mahameru hanya sampai batas Kalimati saja.
"Kondisi saat ini, kalau bahasa geologinya ikatan tanahnya harus benar-benar kuat terlebih dahulu. Sebab, kemarin memang dipanggang dengan kemarau yang cukup panjang. Sehingga, kondisi tanah masih belum kuat. Itu yang jadi pertimbangan utama kami," tutur Syarif.
Sementara itu, terkait target pemasukan Balai Besar TNBTS, Syarif mengungkapkan, penutupan jalur pendakian tidak berpengaruh banyak. Sebab, target keseluruhan dari Balai Besar TNBTS yang meliputi Gunung Bromo dan Gunung Semeru sudah melampaui angka Rp18 miliar.
"Kami, TNBTS ini bukan seperti pengelola swasta. Jadi, tidak ada target pemasukan tertentu. Sedikit juga tidak masalah banyak lebih baik. Sebab, kami ini bukan pengelola wahana buatan. Kalau untuk tahun sekarang ini, pemasukan sekitar Rp18 miliar lebih jumlah tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan," kata Syarif. (asp)