10 Tokoh Kontroversial 2019: Jokowi, UAS, Ahok hingga Rizieq (I)

Ustaz Abdul Somad.
Sumber :
  • Repro Instagram

VIVA – Bangsa Indonesia memasuki tahun 2019 dengan cemas. Sebab situasi nasional menghangat seturut dinamika politik menjelang pemilu pada bulan April, yang dikhawatirkan mengganggu stabilitas. Perselisihan gara-gara perbedaan pilihan politik menjadi pemicunya.

Meski gejalanya sudah terasa sejak tahun 2018, dinamika politik meninggi sejak awal tahun 2019. Hampir seluruh perhatian publik tertuju pada pemilu. Elite politik hingga rakyat jelata pun membicarakan politik hampir sepanjang waktu; mereka terbelah dalam dua kubu dengan penyebutan bernada olok-olok: satu kelompok disebut kaum Cebong, yang lainnya dicap kaum Kampret.

Beberapa bulan setelah pemilu, dinamika politik mulai mereda, meski tak sepenuhnya. Peristiwa maupun pernyataan kontroversial sejumlah elite masih ramai dan menjadi polemik hingga menjelang tutup tahun. Sebagian sisa-sisa dinamika pemilu, sebagian yang lain polemik baru.

Tim redaksi VIVAnews memilah dan memilih serta mengompilasi sedikitnya 10 tokoh yang kebijakan atau pernyataannya menuai polemik, atau minimal mendadak menjadi narasumber yang paling diburu oleh pers alias newsmaker. Berikut ini kilasan selengkapnya.

1. Joko Widodo

Presiden Joko Widodo (kanan) menyambut kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Sebagai calon petahana presiden dalam Pemilu 2019 maupun presiden terpilih, Joko Widodo selalu menjadi perhatian publik, karena tindak-tanduk dan ucapan maupun kebijakannya.

Jokowi mengawali tahun 2019 dengan pernyataan kontroversial. Pada Januari, dia mengaku sedang mempertimbangkan pembebasan narapidana kasus terorisme, Abu Bakar Ba'asyir, karena usia sang mantan pemimpin Jamaah Islamiyah itu sudah renta dan kesehatannya yang menurun. Tetapi Jokowi membatalkan rencananya, 23 Januari, karena Ba'asyir menolak untuk berjanji setia pada Pancasila yang merupakan salah satu syarat pembebasannya.

Segera setelah itu, Jokowi membuat sejumlah kontroversi lain, di antaranya membatalkan pengesahan Rancangan KUHP dan sikapnya soal Undang Undang KPK hasil revisi, menunjuk sejumlah kalangan muda alias milenial sebagai menteri/wakil menteri, menaikkan besaran iuran BPJS Kesehatan, memutuskan rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, merestui penunjukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai komisaris utama PT Pertamina, hingga mengisyaratkan mendukung hukuman mati bagi koruptor, dan lain-lain.

2. Abdul Somad

Lihat Kondisi Anggaran, Prabowo Turunkan Dana Makan Bergizi Gratis Jadi Rp 10.000 Per Anak

Ustaz Abdul Somad (UAS)

Sepanjang tahun 2019, penceramah kondang Abdul Somad alias Ustaz Abdul Somad (UAS) seolah tiada henti diliputi kontroversi, mulai dari pernyataan atau fatwanya tentang masalah-masalah keagamaan, sikap politiknya, sampai urusan rumah tangganya.

Peran Maksimal APBN Dukung Program Prioritas Prabowo

Beberapa hari menjelang pemilu, beredar sebuah rekaman video yang memperlihatkan pertemuan dan perbincangan UAS dengan calon presiden Prabowo Subianto. Dalam percakapan itu, UAS menyatakan terang-terangan mendukung Prabowo, meski dengan embel-embel atas pertimbangan ulama sesuai hasil Ijtimak Ulama.

Sikap dukungan itu ternyata belakangan berbuntut panjang pada dua hal. Pertama, statusnya waktu itu sebagai aparatur sipil negara, yakni dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru, Riau, dipertanyakan. Komisi Aparatur Sipil Negara menengarai UAS melanggar asas netralitas ASN.

PKS Akui Ada Efek Anies Bantu Kemenangan Pramono-Rano di Pilkada Jakarta

UAS lantas mengundurkan diri dan dinyatakan resmi tak lagi berstatus sebagai ASN mulai 1 Desember 2019. Kedua, KPK nyaris melarang UAS berceramah di hadapan para pegawai komisi antirasuah, 19 November 2019, gara-gara khawatir lembaga itu dianggap tak netral.
 
Kontroversi lain UAS ialah ketika video ceramahnya yang menyebut hukum haram bermain catur beredar di media sosial pada November. UAS tak menyangkal pernyataannya, meski belakangan diketahui bahwa video itu bukan ceramah terbarunya, melainkan terjadi pada 26 Juli 2017.

Tak lama setelah itu UAS kembali disorot publik gara-gara kabar mengejutkan: sang dai resmi berpisah dengan istrinya setelah gugatan cerainya dikabulkan oleh Pengadilan Agama Bangkinang, Kampar, Riau, pada 3 Desember 2019.

3. Prabowo Subianto

Deklarasi Kemenangan Prabowo-Sandi

Sebagai calon presiden penantang petahana, Prabowo Subianto bersaing merebut perhatian media massa sekaligus media sosial. Tidak sedikit langkah maupun pernyataannya yang kontroversial, terutama menjelang hari pemungutan suara pemilu 2019. Tetapi yang paling memicu kehebohan nasional adalah klaim dan deklarasinya sebagai pemenang Pemilu Presiden 2019.

Prabowo bahkan sampai tiga kali berbicara kepada pers bahwa dialah pemenang Pemilu Presiden 2019. Pertama, di hari pemungutan suara, 17 April, saat penghitungan suara masih berjalan di TPS-TPS se-Indonesia. Kedua, beberapa jam kemudian, masih di hari yang sama, merujuk exit poll tim pemenangannya. Ketiga, keesokan harinya, 18 April.

Tiga bulan kemudian, Sabtu pagi, 13 Juli, Prabowo dan Jokowi bertemu dan berbincang-bincang di dalam kereta MRT yang sedan melaju. Pada kesempatan itulah Prabowo, seolah mengoreksi klaim kemenangannya, mengucapkan selamat kepada Jokowi sebagai pemenang Pemilu Presiden.

Mula-mula dia berdalih tak segera mengucapkan selamat kepada Jokowi sebagai bagian dari tata krama berpolitik; Prabowo sebelumnya menunggu momen bertemu Jokowi. "... kalau ucapkan selamat, maunya langsung tatap muka, jadi saya ucapkan selamat, Pak," ujar Prabowo, sambil menjabat tangan Jokowi.

Pertemuan gayeng di kereta MRT itu berlanjut ke pertemuan-pertemuan lainnya yang segera ditafsirkan sebagai isyarat kubu Prabowo bersedia mengakhiri perselisihan. Puncaknya, Prabowo dan seorang Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Edhy Prabowo, dipanggil menghadap Presiden Joko Widodo ke Istana pada 21 Oktober. Dua hari kemudian Prabowo dilantik sebagai Menteri Pertahanan dan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

4. Basuki Tjahaja Purnama

Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Istana Negara.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok nyaris tak pernah absen membuat kontroversi dan kehebohan. Begitu pula sepanjang tahun 2019. Sang mantan gubernur DKI Jakarta itu membuat kehebohan saat dia dibebaskan dari penjara Rumah Tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, 24 Januari. Dia bebas murni setelah menjalani hukuman penjara selama dua tahun, dipotong remisi 3 bulan 15 hari, dalam kasus penistaan agama.

Sejak sebelum bebas, Ahok dikabarkan akan segera menikahi kekasihnya, Puput Nastiti Devi, setelah resmi bercerai dengan Veronica Tan pada 4 April 2018. Tetapi rumor itu menguap begitu saja hingga publik nyaris melupakannya.

Belakangan, lima bulan kemudian, Ahok baru mengonfirmasi bahwa dia telah menikah dengan Puput sehari setelah bebas dari penjara. "Saya keluar [penjara] tanggal 24, kami menikah tanggal 25," katanya.

Ahok membikin kehebohan lagi pada November. Sejumlah kalangan buru-buru memprotes rencana Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Ahok menduduki jabatan strategis di salah satu perusahaan negara, PT Pertamina.

Serikat pekerja PT Pertamina bahkan terang-terangan menentang rencana Erick. Tetapi, pada Jumat, 22 November, Erick mengonfirmasi keputusannya menunjuk Ahok sebagai komisaris utama Pertamina.

5. Fachrul Razi

Menteri Agama Fachrul Razi

Profil Fachrul Razi sesungguhnya tak terlalu populer. Namun, dia langsung tenar sekaligus menjadi kontroversi segera setelah namanya diumumkan sebagai menteri agama oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober. Nahdlatul Ulama yang cukup keras mengkritik penunjukan Razi sebagai menteri agama terutama karena dia bukan kalangan agamawan atau ulama, melainkan pensiunan perwira TNI.

Segera setelah dilantik, Razi satu per satu melontarkan ide atau wacana kontroversial. Sepekan usai menduduki jabatannya, Razi mengusulkan agar para imam masjid menyisipkan doa dalam bahasa Indonesia, selain juga bahasa Arab. Alasannya, tidak semua orang memahami bahasa Arab; jika disisipi bahasa Indonesia, doa lebih dimengerti jemaah.

Berikutnya, Razi mengaku sedang mengkaji larangan penggunaan cadar dan celana cingkrang bagi aparatur sipil negara, pegawai negeri sipil, aparat TNI dan Polri, sebagai respons gejala maraknya aparatur negara terpapar radikalisme. Dia bahkan mengancam memberhentikan atau memecat mereka yang melanggar.

Belakangan, dalam pernyataan terbarunya, Razi mengaku bahwa sesungguhnya dia tak melarang penggunaan cadar atau celana cingkrang. Dia hanya khawatir bila cadar dan celana cingkrang menjadi ukuran ketakwaan seseorang.

Bersambung ke: 10 Tokoh Kontroversial 2019: Jokowi, UAS, Ahok hingga Rizieq (II)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya