Bertemu Ahok di Kilang TPPI, Jokowi Beri Tugas Khusus

Presiden Joko Widodo bertemu dengan Komut Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama
Sumber :
  • Instagram/basukibtp

VIVA – Presiden Joko Widodo meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Dalam kunjungannya tersebut Jokowi ditemani oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Hasto jadi Tersangka KPK, Jokowi: Hormati Seluruh Proses Hukum yang Ada

Ahok membagikan momen pertemuannya dengan Jokowi untuk pertama kali sejak menjadi komisaris utama Pertamina di akun instaragamnnya. Ahok mengatakan Jokowi memberikan tugas khusus kepadanya.

Dikutip dari akun instragramnya, Minggu 22 Desember 2019, Ahok mengungkapkan pesan Jokowi untuk segera menuntaskan pengembangan kawasan TPPI menjadi industri petrokimia nasional, yang nanti akan menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk bahan bakar minyak. 

Pertamina Jamin Kualitas Pertamax untuk Kendaraan Bermotor

Diutarakannya, pengembangan ini dapat membantu mengurangi impor bahan baku agar negara tidak mengalami defisit kembali.

Ahok juga mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan subsidi bakar bakar minyak dengan bijaksana demi kesejahteraan negara. 

Tuduhan Cawe-cawe di Tahun Terakhir Jokowi Jadi Presiden

"Selain itu, saya mengimbau untuk semua pihak agar tidak menyalahgunakan subsidi bahan bakar yang diberikan. Mari bantu kami untuk menjaga uang negara demi kesejahteraan negara," katanya.  

Sebagai informasi, kawasan TPPI akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk bahan bakar minyak.

Kilang TPPI sudah dibangun sejak lebih dari dua dekade lalu, namun kemudian tersendat karena beberapa masalah. Setelah TPPI diakuisisi, Pertamina akan membangun TPPI menjadi pabrik petrokimia terpadu. 

Apabila telah berproduksi secara penuh, lanjut Presiden Jokowi, maka TPPI memiliki potensi yang bisa menghemat devisa hingga US$4,9 miliar atau sekitar Rp56 triliun.

"Besar sekali. Kurang lebih Rp56 triliun. Ini merupakan substitusi, karena setiap tahun kita impor, impor, impor. Padahal kita bisa buat sendiri, tapi tidak kita lakukan," kata Jokowi.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya