Logo BBC

Pemberitaan Kemunculan Ular Kobra Dikritik Buat Warga 'Paranoid'

Petugas dinas pemadam kebakaran melakukan evakuasi seekor ular King Kobra (Ophiophagus Hannah) saat ditemukan di kawasan permukiman warga Jakasampurna, di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).
Petugas dinas pemadam kebakaran melakukan evakuasi seekor ular King Kobra (Ophiophagus Hannah) saat ditemukan di kawasan permukiman warga Jakasampurna, di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).
Sumber :
  • bbc

Pengamat media dari Remotivi, Roy Thaniago, mengatakan bahwa pemberitaan sebagian besar media massa terkait fenomena munculnya anak-anak ular kobra miskin angle .

"Menurut saya juga bisa masuk ke topik yang sebenarnya kritis, anglenya alih-alih untuk melihat itu dalam kacamata terrorizing tadi, bisa dipakai sebagai pintu masuk untuk ngomongin masalah lain, misalnya masalah lingkungan.

"Bagaimana perubahan sebuah daerah yang tadinya hutan, lalu dampak pembangunan dari itu, industrialisasi dari sebuah kota, dan menghilangkan - misalnya - rantai makanannya ular, misal elang jadi hilang," beber Roy.

Roy juga mengkritisi bagaimana sebagian pemberitaan tentang kobra dikemas dari kacamata komoditas belaka. Ia menilai seharusnya media massa dapat memberikan berita yang proporsional dan tidak menjual ketakutan yang berlebihan.

"Yang orang harus tahu, kalau media atau pers punya kesadaran bahwa mereka sedang melayani warga, mereka akan punya angle yang berbeda ketimbang ketika mereka melayani konsumen.

"Yang terjadi sekarang ini melayani konsumen. Jadi kalau konsumen itu kan, buat saya, hasratnya yang kemudian dieksploitasi, sedangkan rasionalitasnya nggak. Ujung-ujungnya pemberitaannya cenderung lebih psikologis ketimbang informatif," tuturnya menjelaskan.

Salah satu media massa yang menggunakan istilah `Teror Kobra` dalam pemberitaannya adalah Vivanews.com. Redaktur Pelaksana Vivanews, Renne Kawilarang, mengatakan bahwa keputusan redaksinya untuk menggunakan istilah tersebut dalam pemberitaan didasarkan pada fenomena yang ada di lapangan.

Ia juga menganggap kata `teror` dapat menggambarkan keberadaan ular kobra yang disebutnya sudah dalam tahap `mengganggu`."Ya mungkin istilahnya tidak salah juga kalau ada sebagian rekan-rekan media menuliskannya sebagai teror, karena bagi mereka kan, pertama itu kan fenomena yang tidak biasa mereka hadapi. "Kedua ya, anggap aja dipersepsikan juga sebagai teror, karena kan keberadaan ular itu kan - namanya juga ular - apalagi mengganggu, dan juga kita dapatkan peristiwa ada satu orang yang kena gigit ular Kobra seperti yang terjadi di Depok," tutur Renne.

Terkait dampak timbulnya gelombang ketakutan di tengah masyarakat akibat pemberitaan tentang `Teror Kobra` yang dikatakan pengamat media Roy Thaniago, Renne mengatakan medianya bersedia menerima kritik dan menganggap "sah-sah saja" bila ada pihak yang memandangnya demikian.Selain Vivanews, beberapa media lain juga menggunakan istilah `teror` dalam mendeskripsikan fenomena ular kobra, salah satunya detikcom. Hingga berita ini diturunkan, redaksi detikcom belum bersedia memberikan tanggapan.

Harus `bijak` karena `hidup berdampingan`