Logo BBC

Kota Tua Semarang: Dulu Terlantar, Kini Mirip Disneyland

- BBC News Indonesia/Nonie Arnee
- BBC News Indonesia/Nonie Arnee
Sumber :
  • bbc

Hevearita juga mengaku selama ini pihaknya terbuka menerima masukan dari siapapun terkait proyek revitalisasi itu. "Kita juga sudah mengakomodir dan melakukan sosialisasi pada awalnya."

"Pasti setiap pembangunan tidak akan memuaskan semua pihak," katanya. "Kalau kita nanti yang enggak senang sedikit daripada yang banyak, lebih baik mendengatkan yang banyak."

Diakui oleh Rukadi, bagi orang awam kebanyakan, perubahan Kota Tua Semarang "sangat mencolok dan keren kalau difoto pas senja dan diunggah di Instagram".

``Tapi kalau dari sisi konservasi, kalau menurut teman-teman, itu merupakan proses beautifikasi, terlalu banyak pupurnya," kata Rukardi menekankan.

Seharusnya upaya revitalisasi itu bisa menghargai keautentikan sejarah, kata Rukadi.

Mengapa kawasan Kota Tua Semarang dianggap mirip Dufan atau Disneyland?

Sementara, pegiat kota lama Semarang, Tjahjono Rahardjo mempertanyakan motivasi pemerintah dalam merestorasi kawasan kota tua Semarang.

"Kota lama Semarang ini mau dibawah kemana? Mau dibawa ke warisan budaya dunia seperti yang selalu didengung-dengungkan atau menjadi daerah tujuan wisata," ujarnya, setengah bertanya.

Menurut, dua hal itu merupakan dua hal yang berbeda. "Kalau berniat menjadikannya sebagai warisan budaya dunia UNESCO, seharusnya tidak ada kata-kata `turisme`."

"Karena kebingungan itu, yang terjadi seperti sekarang ini. Kota lama ini menjadi seperti Dufan atau Disneyland, padahal itu tidak yang diminta oleh UNESCO," katanya.

Dikatakan status World Heritage ini, menurutnya, adalah komitmen. "Kalau sudah ditetapkan sebagai World Heritage, kita harus komit untuk menjaga otensitasnya, keaslian bangunannya," katanya.

Untungnya, lanjutnya, bangunan cagar budaya di kawasan Kota Tua Semarang, relatif tidak banyak berubah.

"Jadi pelestarian bangunan (di kawasan Kota Tua Semarang), masih dalam koridor," akunya.

Artikel ini dibuat berdasarkan laporan wartawan di Semarang, Nonie Arnee.