Kota Tua Semarang: Dulu Terlantar, Kini Mirip Disneyland
- bbc
Yang terjadi, keberadaan bangunan kalah oleh kehadiran lampu-lampu jalan.
Kehadiran lampu-lampu jalan di kota lama Semarang mirip dengan lampu-lampu jalan di era Victoria di Inggris, tambahnya.
"Semua ada sejarah, lah kita kok tiba-tiba muncul di kota lama, dari mana? Itu ada sejarahnya."
`Warna mencolok tidak sesuai kaidah konservasi`
Lebih lanjut, Rukardi menganggap pemugaran beberapa gedung cagar budaya tidak sesuai nilai-nilai yang disyaratkan dalam konservasi.
``Salah satu contoh, yang sekarang menjadi rumah makan Pring Sewu," kata Rukardi. Bangunan ini pernah terbakar dan bangunan dalamnya sudah hancur, walau bangunan depan dan atapnya masih terlihat.
Namun demikian, setelah diperbaiki, bangunan yang semula asimetris, terutama bagian atapnya, itu menjadi simetris. "Saya punya dokumentasinya," akunya.
"Apakah ini yang dimaksud konservasi seperti ini? Tentu saja tidak, karena pengertian konservasi itu mengembalikan sesuai aslinya," papar Rukardi.
Dia kemudian mencontohkan lainnya, yang disebutnya sebagai "cermin ketidaktegasan dari BP2L maupun pemkot Semarang" dalam menegaskkan aturan "yang saat ini masih berlaku."
"Yaitu Perda RTBL tahun 2003 tentang kota lama," katanya. Salah-satu pasal dalam perda itu menyebutkan soal warna cat bangunan cagar budaya.
"Itu sudah ditentukan warna-warnanya, yaitu warna-warna pastel, soft ," akunya. Namun fakta yang terjadi, lanjutnya, beberapa bangunan dibiarkan dengan cat warma-warni.
"Kayak Musium Tiga Dimensi DMZ, itu kan warna-warni. Kemudian kalau kita lihat interiornya, sudah sama-sekali hilang bentuk aslinya," katanya.
Padahal, menurutnya, itu adalah gedung yang sangat penting. "Itu bekas salah-satu percetakan swasta pertama di Hindia Belanda," katanya. "Itu salah-satu yang terbesar."
Apa tanggapan Pemkot Semarang atas kritikan pegiat sejarah?
Dimintai tanggapan atas anggapan ini, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan: "Kalau perencanaan itu, ada pada pemerintah pusat, karena uangnya dari pusat."
Namun diakuinya ada diskusi antara pemkot Semarang dan Kementerian PUPR, misalnya, tentang disainnya. "Kalau ada hal-hal yang memang perlu didiskusikan, pemkot juga ikut terlibat," ujarnya.
"Pak Wali Kota juga memberikan masukan-masukan sebelum dibangun," akunya. Dia memberikan contoh pihaknya memberikan masukan tentang kehadiran pembatas antara trotoar dan jalan raya.