Mengenal Nasi Estafet, Gerakan Sosial Berbagi Nasi Bungkus

Adit Dibyandaru, inisiator Nasi Estafet di Yogyakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Cahyo Edi

VIVA – Sebuah gerakan berbagi coba dirintis oleh Adit Dibyandaru (32), warga Gang Kalimantan Nomor G 30, Jalan Kaliurang km 6,5, Kabupaten Sleman, DIY. Adit mencoba mengajak masyarakat berbagi nasi bungkus untuk orang yang membutuhkan.

Sespri Prabowo Inisiasi Kegiatan Sosial untuk Peringati Hari Kemerdekaan Indonesia

Adit mengajak berbagi nasi bungkus kepada yang membutuhkan lewat gerakan Nasi Estafet. Gerakan Nasi Estafet ini sudah mulai digarapnya sejak tiga bulan yang lalu.

Gerakan Nasi Estafet ini adalah sebuah etalase kaca yang diletakkan di titik tertentu. Nantinya etalase kaca ini akan diisi oleh nasi bungkus dari siapa pun dan siapa pun yang membutuhkan boleh memakannya.

Inspirasi Merayakan Hari Kemerdekaan, Memberi dan Berbagi

Adit menuturkan ide gerakan Nasi Estafet ini didapatnya saat melihat aktivitas adiknya yang bergabung dengan komunitas berbagi nasi bungkus keliling. Adit menilai jika gerakan berbagi nasi bungkus keliling tersebut baik namun dirasanya tak efektif. Utamanya bagi orang yang memiliki kesibukan padat.

Sedangkan gerakan berbagi nasi bungkus di masjid dirasanya sudah memiliki banyak donatur. Selain itu tak bisa menyentuh semua kalangan.

Menginspirasi Kebaikan, Ini Pentingnya Kegiatan Sosial di Era Modern

Pengusaha sablon kaus ini akhirnya menemukan konsep yang dirasanya cocok usai mencari referensi di dunia maya. Saat itu Adit menemukan di Bandung ada gerakan berbagi nasi bungkus di etalase. Adit pun menamai gerakan berbagi nasi bungkus gratis ini Nasi Estafet.

"Konsep Nasi Estafet ini setiap orang bebas mengisi etalase dengan apa pun bentuknya. Mau nasi bungkus boleh. Air mineral boleh. Es teh juga enggak apa-apa. Enggak perlu izin ke saya, yang penting etalase ini jadi media berbagi. Filosofinya seperti halnya olahraga estafet, saling menyambung antara satu dengan yang lain," ujar Adit, saat ditemui di kediamannya.

Alumni Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Yogyakarta ini kemudian membuat akun instagram @nasiestafet.jogja untuk menularkan virus berbagi. Ayah tiga orang anak ini menyebut gerakannya mendapatkan respon positif dari masyarakat.

Terbukti lewat donasi yang dikumpulkan, lima etalase Nasi Estafet berhasil direalisasikan. Kelima etalase itu diletakkan di seberang Terminal Giwangan, di Jalan Patangpuluhan atau di depan Cromo Coffie, di Candi Gebang depan Masjid Nurul Falaah, di depan toko Starcomp Jalan Kaliurang dan satu lagi diletakkan di depan rumahnya.

Saat ini dalam sehari ada kurang lebih 50 nasi bungkus di masing-masing etalase yang bisa diambil oleh siapa pun. Jumlah nasi bungkus biasanya akan meningkat di hari Jumat. Biasanya setiap Jumat akan ada sekitar 80 nasi bungkus di setiap etalase.

"Kenapa nasi bungkus? Ya karena setiap orang membutuhkan makan. Kalau donasinya dalam bentuk uang saya malah takut tidak tepat sasaran. Kemudian tanggung jawabnya juga berat. Kalau nasi bungkus yang ambil kan yang membutuhkan. Saya berharapnya kalau yang mengambil nasi bungkus dari kalangan yang tidak mampu. Tapi kalau mampu dan mengambil ya enggak apa apa. Berarti dia butuh," ucap Adit.

Adit merinci saat ini memang ada donasi yang masuk ke rekeningnya. Biasanya, donasi ini akan dibelanjakan bahan makanan dan dimasak di rumah Adit. Dari donasi itu nantinya akan dijadikan nasi bungkus dan dibagikan rata ke lima titik etalase.

Adit mengaku sebenarnya lebih suka orang berdonasi langsung dengan menaruh nasi bungkus ke etalase. Sehingga nantinya tercipta ekosistem berbagi tanpa perlu ada kehadiran dirinya.

Adit mencontohkan tanpa mengirim donasi ke rekeningnya, orang sebenarnya bisa berbagi dengan memanfaatkan menu pesan makanan di ojek online. Selain tak melalui dirinya, pemesanan makanan pun bisa membantu perekonomian warung di sekitar lokasi etalase.

"Bisa saja pesan pakai aplikasi. Pesan nasi bungkus atau nasi kotak di warung sekitar kemudian diantarkan lewat ojek online ke etalase. Nanti tinggal minta tolong ditatakan sama yang mengantarkan," ungkap Adit.

Adit berharap ke depannya etalase Nasi Estafet ini bisa terisi 24 jam dengan nasi bungkus lewat donasi siapa saja. Sehingga nantinya bisa banyak orang yang membutuhkan bisa terbantu dengan nasi bungkus yang diletakkan di etalase Nasi Estafet.

Jam Tangan Ridwan Kamil

Ridwan Kamil Lelang Jam Tangan Bernilai Seni untuk Kegiatan Sosial

Padang Sudirjo memastikan bahwa jam tangan modifikasi tersebut merupakan karya asli dari lukisan Ridwan Kamil.

img_title
VIVA.co.id
3 September 2024