Cerita RS Indonesia di Myanmar, Dibangun Komunitas Muslim dan Buddha
- VIVAnews/Reza Fajri
VIVA – Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Commitee atau MER-C, Sarbini Abdul Murad mendatangi Wakil Presiden, Ma'ruf Amin di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis 5 Desember 2019.
MER-C hendak melaporkan kepada Wapres bahwa pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rohingya, Myanmar, telah selesai tahap fisiknya. MER-C juga melaporkan proses pembangunan RS itu dari awal sampai akhir.
"Sehingga, Pak Wapres memberikan apresiasi yang luar biasa dan kita juga minta ke Pak Wapres, agar bisa meresmikan rumah sakit itu," kata Sarbini usai bertemu Ma'ruf.
Sarbini menjelaskan, RS ini dibangun oleh tiga komunitas atau tiga organisasi, yakni MER-C, Walubi, dan PMI. Dengan kata lain, RS ini dibangun bersama oleh umat Muslim dan Buddha.
"Kita ingin perkenalkan pada publik Myanmar, bahwa Indonesia, Muslim dengan Buddha, bisa bekerja sama membangun rumah sakit," ujar Sarbini.
Sementara itu, untuk tenaga medis, direncanakan berasal dari Myanmar, dan dibantu tenaga medis Indonesia. MER-C juga sudah berkoordinasi dengan Polri dan TNI, agar tenaga medis Myanmar bisa berlatih di RS Polri atau RSPAD Gatot Subroto, sehingga bisa jadi profesional.
"Jadi, mereka bisa melihat dokter Polri atau Gatsu bekerja secara profesional, tidak membeda-bedakan status atau agama. Jadi, ini sebagai pembelajaran dokter-dokter Myanmar, ketika mereka pulang ke sana, agar tidak berpikiran bahwa untuk mengobati secara diskriminasi, tapi benar-benar profesional," terangnya.
RS tersebut lokasinya berada di Marou, Rohingya, sekitar 160 kilometer dari ibu kota Rakhine. RS dengan 32 ranjang itu luasnya 2.300 meter di atas tanah seluas 4.000 meter. Setelah benar-benar rampung pembangunannya, akan ada penyerahan kunci dari pihak Indonesia ke Myanmar sebagai pengelolanya nanti. (asp)