Logo BBC

Komunitas Sekolah Rumah Tolak Hasil Riset terkait Radikalisme

Riset PPIM UIN menyarankan agar anak-anak tetap berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas - ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Riset PPIM UIN menyarankan agar anak-anak tetap berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas - ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Sumber :
  • bbc

Naning Sriwulan, seorang ibu dari Bogor yang mempunyai dua anak, menepis riset PPIM UIN. Menurut Naning, radikalisme disebabkan kesalahan pemahaman agama bukan karena sistem sekolah rumah.

"Radikalisme itu karena salah pemahaman. Saya juga Salafi, pemahaman Salafi itu justru melarang demo karena cenderung banyak mudaratnya, seperti kerusuhan, ditunggangi, makanya ulama kita melarang demo, dan wajib taat kepada imam, dalam arti ini presiden. Jadi apa pun itu yang menyangkut kewajiban kita sebagai warga negara, kita wajib taat," ujarnya.

Naning menjelaskan, walaupun menerapkan sistem sekolah rumah, ia tetap mengajarkan anaknya tentang Pancasila, toleransi, hormat kepada pemimpin, dan keberagamaan.

"Saya mengajarkan Pancasila lewat buku-buku, lalu mengikuti kegiatan pramuka di komunitas. Kita ketemu dua minggu sekali, dan melakukan upacara bendera, Dasa Darma Pramuka, dan Pancasila," katanya.

Peneliti senior PPIM UIN Didin Syafruddin menegaskan bahwa penelitian PPIM UIN itu tidak bermaksud menggeneralisasi sekolah rumah menyuburkan radikalisme karena metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Sebaliknya, menurut Didin, penelitian itu bertujuan untuk membuka mata bahwa ada beberapa sekolah rumah yang bersifat eksklusif, menolak nilai Pancasila, dan terpapar radikialisme.

Mengapa memilih sekolah rumah?