Perkembangan Digital Dapat Menghapus Diskriminasi Gender
VIVA – Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru, Eko Bambang Subiantoro mengatakan, perkembangan teknologi di era digital akan berdampak positif bagi kaum hawa atau perempuan.
Menurut Eko, perkembangan dunia digital membuka peluang atau kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya untuk menunjukkan bahwa perempuan dapat lebih unggul dibanding kaum pria.
Perkembangan teknologi itu sekaligus dapat menjawab anggapan publik yang selama ini masih menilai kaum perempuan berada di bawah laki-laki.
"Secara individu sebenarnya kaum perempuan juga memiliki kemampuan yang tidak kalah dibanding dengan kaum pria. Apalagi sejak adanya digital saat ini, sudah berbeda. Digital telah mampu menembus batas-batas itu (anggapan kaum perempuan lemah)," kata Eko Subiantoro dalam Talkshow VIVAtalk "Perempuan Berdaya Indonesia Maju, Perempuan Digital" yang diselenggarakan VIVA Networks di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.
Ia menuturkan, selama ini perempuan selalu dianggap lemah karena persepsi publik leading sector ekonomi dalam rumah tangga adalah kaum pria. Tapi, dengan perkembangan industri digital, apabila kaum hawa dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan baik, persepsi publik itu dapat berubah dengan sendirinya.
"Karena tidak sedikit perempuan sekarang itu yang juga bisa menghasilkan ekonomi dalam rumah tangganya melalui bisnis online, misalnya," ujarnya.
Direktur Riset Polmark Indonesia itu juga meyakini, sekat-sekat sosial di tengah masyarakat yang selama ini berpandangan bahwa perempuan itu memiliki keterbatasan dalam ruang publik, lama kelamaan akan dapat terkikis dengan perkembangan digital yang semakin terbuka. Karena saat ini kaum perempuan dapat leluasa mengakses informasi yang selama ini tertutup.
Dalam kesempatan yang sama, pakar kajian gender Sri Danti Anwar membenarkan hal itu. Menurut Sri, selama ini perempuan dianggap lemah karena terdapat pemahaman yang salah terhadap kaum hawa.
Menurut Sri, peluang bagi perempuan untuk mandiri secara ekonomi saat ini masih sangat terbuka lebar. Namun dibutuhkan penguatan keterampilan individu dan literasi untuk menopang kaum perempuan menghadapi kemajuan teknologi saat ini.
"Penguatan skill dan literasi itu sebenarnya yang menjadi PR utama kita. Karena agar perempuan berdaya di era digital saat ini kemampuan literasi itu harus mumpuni," kata Sri.
Terkait dengan persoalan pemahaman tradisional masyarakat yang selama ini selalu memosisikan perempuan selalu berada di bawah, Sri menyatakan, konstruksi gender itu dapat berubah selama ada kesepakatan-kesepakatan sosial.
"91 tahun lalu, di zaman RA Kartini tidak boleh ada perempuan sekolah. Tapi sekarang dengan perubahan gender, sekarang sudah banyak perempuan yang sekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi. Meskipun memang masih ada timpang gender. Tapi itu bisa diubah. Sekarang peluang-peluang untuk perempuan lebih maju itu sangat terbuka sekali. Tinggal bagaimana kesepakatan bersama keluarganya saja," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Founder Hijup, Diajeng Lestari. Dia mengatakan, di era digital saat ini tidak ada alasan bagi kaum perempuan untuk tidak bangkit mewujudkan berbagai macam impiannya.
Menurut Diajeng, tumbuhnya sosial media dapat membantu kaum perempuan untuk memperkuat perekonomian keluarga. Dengan demikian, perempuan tidak akan dianggap remeh oleh kaum pria.
"Selama sesuai dengan ketentuan, selama tetap menjalankan peran sebagai ibu, tentu media sosial sangat positif bagi kaum perempuan. Para Ibu atau para perempuan seharusnya bisa memanfaatkan teknologi itu untuk memperkuat ekonominya. Banyak sekali caranya. Tapi yang terpenting itu tadi, jangan lupa bahwa dia tetap harus menjadi Ibu untuk anak-anaknya, harus tetap bisa menjadi istri dari suaminya," kata Diajeng. [mus]