Ketika 'Ekspresi Teologis' Bersinggungan dengan 'Nasionalisme Sempit'
- bbc
Mereka juga tidak memercayai konsep neraka, tidak menerima transfusi darah, tidak merayakan Natal.
Ajaran ini masuk ke Indonesia sejak 1930-an dan kini sudah tersebar di seluruh Provinsi.
Pada 1975, aktivitas mereka dilarang karena ajaran Saksi Yehuwa dianggap memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, seperti menolak salut bendera dan menolak ikut berpolitik.
Namun, pada tanggal 22 Maret 2002, organisasi Saksi Yehuwa di Indonesia secara resmi terdaftar di Kementerian Agama, dengan begitu mereka memiliki hak yang sama dengan penganut agama lain.
Pada 2016 lalu, jumlah penganutnya mencapai lebih dari 26.000 orang.
Pendeta Gereja Komunitas Anugerah (GKA) Salemba, Suarbudaya Rahardian, yang dikenal dengan pemahaman Kristen yang progresif, mengungkapkan Saksi-Saksi Yehuwa ini bagian dari Kekristenan yang digadang-gadang sebagai kelompok heterodoks, atau bukan arus utama.
"Mereka memang punya keunikan. Salah satunya, misalnya, penghayatan imannya meminta mereka untuk tidak memberikan penghormatan kepada simbol-simbol negara yang dianggap dapat mengkompromikan keyakinan mereka pada Tuhan," jelas Suarbudaya.
Selain itu, menurut Suar, mereka hidup dalam komunitas yang "guyub", yang mana kekerabatan mereka sangat erat dan berkumpul dengan sesama komunitasnya saja.
"Agak eksklusif memang," ujarnya.
Namun, lanjutnya, hal itu patut dipahami karena secara tafsir teologis, Saksi Yehuwa berbeda dengan komunitas Kristen kebanyakan.
"Mereka ada pantangan makan tertentu yang mungkin di komunitas Kristen tidak terjadi. Untuk menjaga kemurnian itu mereka lebih hati-hati dalam mengkonsumsi makanan dan dalam bergaul."
Penghayatan terhadap sosok Yesus pun berbeda dengan umat Kristen kebanyakan.