Profesor Australia: Masyarakat Indonesia Susah Terima Perbedaan
- abc
Perbedaannya, sebut Guru Besar di Monash University ini, pemahaman-pemahaman seperti itu tak mendapat tempat di Australia.
"Di Australia itu banyak pikiran yang aneh-aneh tapi enggak pernah laku. Kalau di sini (Indonesia) laku, kenapa?"
"Bagaimana cara menghadapi pikiran yang aneh-aneh? Ya saya jawab, letakkan sampah pada tempatnya. Titik. Jangan dilayani."
"Tapi kalau banyak yang melayani ya itu harus ditanya kenapa? apa ketimpangan ekonomi, seksual dan semacam itu?," paparnya.
Menanggapi ekstrimisme yang terjadi di negaranya, termasuk Islamophobia, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, mengatakan agama tak pernah menjadi persoalan.
Gary menekankan, di negara manapun, persoalan ekstremisme saat ini menjadi sebuah tantangan.
"Karena individu di masing-masing negara kita bisa menjadi ekstrimis."
"Kuncinya adalah pendidikan dari usia dini, sehingga orang bisa belajar soal toleransi dan penerimaan terhadap orang lain," ujarnya selepas kuliah umum Prof Ariel di Museum Nasional.