Logo BBC

Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan Tak Lagi Prioritas, Nelayan Khawatir

Nelayan membongkar muat ikan jenis tongkol (Euthynnus sp) hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Samudera, Banda Aceh, Aceh, Selasa (8/10/2019). - ANTARA FOTO
Nelayan membongkar muat ikan jenis tongkol (Euthynnus sp) hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Samudera, Banda Aceh, Aceh, Selasa (8/10/2019). - ANTARA FOTO
Sumber :
  • bbc

Catatan kementerian, saat ini ada 72 kapal yang sudah inkrah putusan pengadilannya tapi hanya 45 yang bisa digunakan.

Untuk itu, kementerian sedang memilah mana yang bisa diserahkan ke Kementerian Kesehatan dan diserahkan ke nalayan.

"Kalau ukurannya layak dipakai nelayan 30 GT atau 100 GT mereka bisa bikin kelompok atau koperasi."

Karenanya KKP, kata Miftah, akan mendampingi para nelayan tradisional mulai dari memberi pelatihan sampai permodalan. Kalau perlu menerjunkan pengawas perikanan demi mencegah kapal itu jatuh ke tangan mafia.

"Kita sudah bicara dengan BRI dan bank-bank lain, mereka siap bantu [modal]. Kita harus tingkatkan kelas nelayan Indonesia."

`Tak mudah alihkan nelayan tradisional gunakan kapal besar`

Ketua Aliansi Nelayan Sumatera Utara, Sutrisno, menyebut bukan perkara gampang membuat para nelayan tradisional beralih ke kapal-kapal hasil sitaan dari kejahatan pencurian ikan.

Dia mengatakan kebanyakan nelayan tradisional di Indonesia terbiasa menggunakan kapal berkapasitas 3 Gross Ton (GT). Sementara kapal-kapal pencuri, kapasitasnya di atas 30 GT.

Sutrisno menyebut, setidaknya butuh waktu tiga sampai lima bulan untuk melatih nelayan. Hal lain, pemerintah harus mengucurkan modal besar karena sekali melaut, kapal sitaan itu menghabiskan Rp200 juta untuk ongkos operasional.

"Makanya kalau dia [nelayan] bukan pengusaha, kapal yang diberikan pasti enggak akan bisa dioperasikan. Kalaupun koperasi, dalam bayangan pemerintah kayak apa? Kalau yang dikelola masyarakat belum bisa, kecuali yang dibuat pengusaha," tukasnya.

"Modal pun diberikan sampai betul-betul survive . Enggak bisa sekali."