Kisah Umar Patek Bertemu Wanita Pujaan di Kamp Mujahidin

Umar Patek dan istrinya, Gina Gutierez Luceno.
Sumber :
  • VIVAnews/ Nur Faishal.

VIVA - Dalam cerita Bom Bali 2002, sosok Umar Patek tak kalah mengerikan dari nama lain dalam kasus sama, beberapa tewas tertembak atau dipidana mati, seperti Dulmatin dan Imam Samudra. Sampai sekarang, sorot tajam mata Umar masih terlihat jelas kala berinteraksi. Tapi di hadapan Gina Gutierez Luceno alias Ruqayah, Umar begitu lembut dan meneduhkan.

Menko Yusril Buka Opsi Penahanan WNA Mary Jane Dipindahkan ke Filipina

Sejak beberapa tahun lalu, Umar Patek mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya di Porong (Lapas Porong), Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pentolan Jemaah Islamiyah (JI) itu menjalani masa hukuman 20 tahun penjara karena terbukti terlibat dalam serangan Bom Bali 2002. Dia juga dicurigai terlibat dalam bom Natal 2000.

Waktu itu, Umar Patek bukan teroris ecek-ecek. Dia salah satu orang paling dicari oleh Pemerintah Amerika Serikat, Australia, Filipina, dan Indonesia. Amerika bahkan pernah menjanjikan hadiah satu juta dolar kepada siapa pun yang menemukan dan menangkapnya. Dia punya jaringan dan pengalaman banyak di Filipina dan Afghanistan.

Bertemu Dubes Filipina, Yusril Akan Bentuk Komisi Bersama untuk Tangani Soal WNI Tanpa Akte Lahir

Di Filipina, bersama mujahidin (begitu Umar menyebut kawan-kawannya) Umar berkumpul di kamp salah satu kelompok militan Filipina, Moro Islamic Liberation Front (MILF), di Mindanao. Di sana, Umar dan kawan-kawannya dari Indonesia merupakan pengikut Abu Bakar Ba'asyir, pemimpin JI. Nah, saat di kamp Filipina itulah cerita cinta Umar dengan istrinya sekarang, Gina Gutierez Luceno, bersemi.

"Saat itu, saya ada di Filipina, di Pulau Mindanao, tepatnya ada di kamp Abu Bakar Ashshiddiq, mujahidin di bawah MILF. Itu tahun 1995. Kemudian tahun 1998 memutuskan untuk menikah," cerita Umar di Lapas Porong pada Rabu, 20 November 2019.

Kepala BIN Ungkap Potensi Kekacauan Jelang Pilkada, Ada Ancaman Terorisme

Saat itu, dia mendengar ada seorang gadis setempat yang baru masuk Islam alias mualaf. Namanya Gina Gutierez Luceno.

"Dia berhijrah masuk ke dalam kamp Abu Bakar Ashshiddiq karena ingin belajar Islam. Di sana ada sekolah, madrasah, dari Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan selanjutnya. Di situ saya berusaha untuk meminang dia," kata Umar.

Umar kemudian mendatangi kedua orang tua Gina yang tinggal di luar kamp. Orang tua dan keluarga besar Gina nonmuslim. "Mereka semua (keluarga besar Gina) setuju dan dilakukan acara pernikahan secara resmi di dalam kamp Abu Bakar Ashshiddiq. Keluarga istri juga dipanggil untuk datang," kata Umar.

Agar orang tua dan keluarga besar Gina mau datang, Umar bilang menjamin keamanan mereka. Hal itu perlu disampaikan karena sebagian besar keluarga Gina nonmuslim. Sementara citra kamp saat itu identik dengan perang.

"Bisa bayangkan di kamp, di sana biasa memegang senjata, biasa berperang," ujarnya.

Umar berhasil meyakinkan mereka. Keluarga mempelai wanita pun datang saat acara pernikahan. Untuk membuktikan ucapannya, Umar meniadakan acara selebrasi menembak senjata api ke udara seperti biasa dilakukan di lingkungannya setiap ijab kabul pernikahan selesai.

"Agar tidak ada rasa takut, saya tiadakan (selebrasi tembak senjata ke udara)," ujarnya.

Di Filipina, Umar mengaku biasa bergaul dengan masyarakat setempat di luar kamp, tanpa melihat latar belakang agama. Itu pula mungkin yang menjadi faktor mulusnya pernikahannya dengan Gina.

"Kami hanya memerangi tentara pemerintah apabila masuk ke kamp kami. Hanya untuk mempertahankan diri," katanya.

Sejak itu Gina menjadi istri setia Umar. Dia juga ikut kemana pun Umar pergi, termasuk ketika ke Afghanistan dan Pakistan. Pada tahun 2009, Umar dan Ghina pulang ke Indonesia.

Petualangan Umar dan istrinya baru terhenti ketika ditangkap aparat di Abottabad, Pakistan, pada Januari 2011. Pasutri itu diekstradisi ke Indonesia. Umar diadili dan dihukum 20 tahun penjara.

Gina tetap setia kendati Umar hidup di dalam bui. Dia indekos di sebuah kampung di Sidoarjo ketika suaminya dipindah ke Lapas Porong. Sampai sekarang. Dalam seminggu, dua atau tiga kali Gina mengirim makanan kesukaan suaminya ke Lapas Porong. Ketika ditanya apa yang menjadi alasan mau dipersunting Umar, malu-mau Gina menjawab, "Yakin saja." (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya