Tumbuhkan Kesadaran Beragama Menggunakan Akal Sehat Sejak Kecil
- dw
Seperti apa kecenderungan masyarakat untuk berpikir secara kritis memakai logika?
Memang ada gejala-gejala misalnya memakai cadar. Itu tumbuh dari budaya Arab. Cadar ada di kalangan Kristiani, Yahudi juga pakai cadar. Lalu Islam datang dan sebagian perempuan muslim pakai itu juga di dunia Arab. Karena lingkungannya panas. Karena itu mereka harus menutup mukanya. Itu yang ditiru oleh sebagian orang. Segala sesuatu yang berbau Arab diterima saja padahal itu adalah budaya yang tumbuh dari lingkungan alam yang keras dan panas yang memerlukan orang, baik perempuan maupun laki-laki, untuk menutup mukanya apalagi kalau sedang ada angin gurun.
Mereka yang dengan mudah ikut-ikutan seperti itu tidak menggunakan logikanya dan melihat secara sesuatu dengan cermat. Meski jumlahnya tidak banyak tapi selalu ada saja yang seperti itu. Selalu ada hal-hal baru seperti perkebunan kurma dan cadar.
Bagaimana cara untuk bisa bentengi diri dari sikap ikut-ikutan seperti ini?
Pertama harus dari diri sendiri, orang tua muslim harus memberikan pengertian kepada anak-anak mereka bahwa Islam itu tidak identik dengan Arab. Jadi segala sesuatu yang berbau Arab tidak harus secara otomatis berarti itu ajaran Islam. Misalnya jangan berpikir kalau kita menanam kurma di Indonesia pahalanya lebih besar. Padahal tanam buah-buahan, tumbuh-tumbuhan lain selama itu bermanfaat, itu mendatangkan pahala juga. Apakah mangga atau jambu, apa saja. Tidak berarti pahala menanam kurma lebih banyak daripada menanam mangga. Nah (kesadaran) itu yang harus ditumbuhkan.
Setelah pengertian dari rumah, apa langkah selanjutnya?
Mulai dari sekolah. Guru kita harus berikan pengertian. Guru secara keseluruhan, bukan hanya guru agama, karena seringkali guru yang tidak paham menganggap segala sesuatu yang berbau Arab itu Islam. Jadi mereka juga harus diberikan pemahaman yang benar. Ini 'kan ada ustad-ustad yang mengajarkan kalau tanam kurma itu lebih afdal daripada misalnya jambu atau mangga. Juga kalau menjadi penceramah, maka diberi pengertian bahwa cara berpikir seperti itu tidak tepat.
Orang biasanya cenderung sungkan, bagaimana tetap memelihara sikap kritis bila berhadapan dengan orang-orang yang terlihat memakai atribut agama tertentu?
Ya seperti yang saya bilang tadi, ini berkaitan dengan mentalitas yang tidak tepat, yang menganggap pemahaman dan praktek Islam Indonesia itu sebagai lebih rendah daripada Arab. Itu paham yang keliru. Masih banyak orang Indonesia yang menganggap pemahaman dan praktek keislamannya itu belum sebaik pemahaman orang Arab. Bahwa yang paling baik Islamnya itu orang Arab. Pandangan seperti itu yang merajalela. Oleh karena itu, saya kira perlu pemahaman bahwa Islam itu tidak identik dengan Arab. Perlu percaya diri, jangan melihat pakaian orang hebat langsung berpikir ini lah yang akan membawa kita ke surga. Belum tentu. Yang membawa ke surga itu amal ibadah kita sendiri tidak tergantung kepada orang lain. Kepercayaan ini yang harus ditumbuhkan.