Tumbuhkan Kesadaran Beragama Menggunakan Akal Sehat Sejak Kecil
- dw
Siapa yang tidak tergiur dengan paket perjalanan religi yang ditawarkan dengan harga murah, fasilitasnya juga wah. Atau tertarik dengan usaha yang kelihatannya berprinsip syariah yang menjanjikan hasil melimpah. Risiko pun sering tidak terpikir karena terlanjur tergiur dengan iming-iming keuntungan.
Padahal, tidak sedikti pihak yang mencari keuntungan pribadi dengan memanfaatkan kegairahan masyarakat ini. Otoritas Jasa Kuangan (OJK) pun sampai-sampai menjalin kerja sama dengan Kementrian Agama guna memberikan pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai masalah ini.
Pada Selasa (19/11) DW Indonesia mewawancarai cendekiawan muslim Prof. Dr. Azyumardi Azra tentang semangat hidup beragama, penggunaan logika dan kepercayaan terhadap diri sendiri agar tidak mudah terpesona dan mengikuti arus.
Deutsche Welle: Kembali terjadi kasus penipuan dengan kedok investasi sesuai syariah, kali ini kasus Kampung Kurma di Bogor, Jawa Barat. Mengapa kasus semacam ini muncul kembali?
Prof. Dr. Azyumardi Azra:
Mentalitas sebagian orang muslim di Indonesia itu pokoknya segala sesuatu yang berbau Arab, seperti kurma, bekam, siwak, mereka anggap itu sakral dan akan menyelamatkan mereka di dunia maupun di akhirat. Jadi mentalitas yang menganggap segala sesuatu yang berbau Arab itu yang paling afdal, termasuk perkebunan kurma itu. Padahal ya gak begitu.
Ini adalah salah kaprah dalam berpikir. Jadi kalau ada orang mengiming-imingi keuntungan, baik dengan keuntungan material seperti ikut (investasi) dalam perkebunan kurma dan ada untungnya, ditambah lagi nanti cepat masuk surga karena ini Arab, itu membuat kemudian orang tanpa berpikir panjang, tanpa logika berpikir yang benar jadi mudah percaya. Padahal kalau gak pakai logika susah, kalau kurma itu mau dibuat tumbuh di indonesia maka tanahnya harus disesuaikan komposisinya dengan yang ada di Arab baru dia bisa tumbuh.
Sebenarnya ini logika sederhana, tetapi kenapa bagi sejumlah orang sering kali tidak terpikir?
Logikanya sederhana, tapi tidak dipakai karena tertutup atau terkesima dan terpesona dengan logika tadi itu, yaitu logika segala sesuatu yang berbau Arab itu yang paling afdal. Itu lah yang dikira menyelamatkan di dunia maupun di akhirat.