Setelah Erupsi, Gunung Merapi Diselimuti Kabut Tebal
- Repro twitter BPPTKG #PGM Babadan
VIVA – Gunung Merapi pagi ini, Senin 18 November 2019, terpantau diselimuti kabut tebal. Suhu udara di puncak Merapi dan sekitarnya, tercatat mencapai 17 derajat celsius dengan kelembaban 68 persen.
Kondisi ini terjadi, setelah gunung yang berada di tiga kabupaten ini mengeluarkan awan panas pada Minggu kemarin. Letusan terekam di seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 155 detik. Awan panas meluncur dengan jarak <1 km ke arah Kali Gendol. Kolom asap letusan setinggi ±1000 m dari puncak.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan, kondisi Merapi saat ini lebih tenang dari sebelumnya. Tekanan udara di sekitarnya terpantau 873.4 hpa, angin juga berhembus tenang.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menerangkan dampak letusan Gunung Merapi, hujan abu dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominan ke sektor Barat sejauh 15 km dari puncak yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
>Sebelum meletus, Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Hanik merinci pada tanggal 15 dan 16 November, seismograf BPPTKG mencatat gempa rata-rata vulkano-tektonik dalam (VTA) 15 kali sehari, dan multiphase (MP) 75 kali sehari.
Sedangkan pada 17 November 2019, Hanik merinci sejak pukul 00.00 hingga 11.00 WIB, tercatat terjadi gempa VTA sebanyak tiga kali, gempa VTB empat kali, dan MP 16 kali.
"Peningkatan kegempaan ini, diduga mencerminkan akumulasi tekanan gas di bawah permukaan kubah yang berasal dari dapur magma di kedalaman lebih dari 3 km," ujar Hanik dalam keterangan tertulisnya. (asp)