Sejarah Gempa dan Tsunami Menurut Catatan BMKG

Ilustrasi mesin seismograf membaca gempa.
Sumber :
  • ANTARA Foto/Nyoman Budhiana

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, kawasan Laut Maluku merupakan zona yang sangat rawan gempa dan tsunami. Wilayah itu berkali-kali diguncang gempa kuat dan merusak, bahkan sebagian di antaranya memicu tsunami, seperti yang terjadi pada Kamis tengah malam, 14 November 2019.

Puteri Qatrunnada, Relawan Dokter Muda Bertaruh Nyawa di Tengah Bencana

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam siaran persnya kepada VIVAnews pada Jumat, membagikan catatan sejarah gempa dan tsunami yang berbasis di Laut Maluku.

Gempa Sangir pada 1 April 1936 adalah catatan gempa dahsyat yang pernah terjadi di zona itu, karena guncangannya mencapai skala intensitas VIII-IX MMI yang merusak ratusan rumah. 

Cerita Korban Gempa Jadi Andalan DIY di Tenis Kursi Roda Peparnas 2024

Gempa Pulau Siau pada 27 Februari 1974 juga memicu longsoran dan kerusakan banyak rumah di berbagai tempat. Terakhir adalah Gempa Sangihe-Talaud pada 22 Oktober 1983, yang merusak banyak bangunan rumah.

Zona sumber gempa Laut Maluku juga memiliki catatan sejarah tsunami destruktif, seperti: (1) Tsunami Banggai-Sangihe 1858 yang menyebabkan seluruh kawasan pantai timur Sulawesi, Banggai, dan Sangihe dilanda tsunami, (2) Tsunami Banggai-Ternate 1859 mengakibatkan banyak rumah di pesisir disapu tsunami, (3) Gempa Kema-Minahasa 1859 juga memicu tsunami setinggi atap rumah-rumah penduduk, (4) Tsunami Gorontalo 1871 juga menerjang di sepanjang pesisir Gorontalo, (5) Tsunami Tahuna 1889 menerjang kawasan pesisir Tahuna setinggi 1,5 meter, (6) Tsunami Kepulauan Talaud 1907 menerjang pantai setinggi 4 meter, dan (7) Tsunami Salebabu 1936 menyapu pantai setinggi 3 meter.

Ahmad Ali-Abdul Karim Sediakan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Penyintas Gempa dan Tsunami Palu

Selain sejarah gempa dan tsunami masa lalu, catatan terbaru gempa kuat di Laut Maluku cukup banyak. Sebagian besar di antaranya berpotensi tsunami, seperti yang pernah terjadi pada: 1979 (M=7,0), 1986 (M=7,5), 1989 (M=7,1), 2001 (M=7,0), 2007 (M=7,5), 2009 (M=7,1), 2014 (M=7,3), 2019 (M=7,0), dan 2019 (M=7,1).

“Gambaran kerangka tektonik, aktivitas kegempaan, dan sejarah tsunami di atas kiranya cukup untuk menyimpulkan bahwa kawasan Laut Maluku memang merupakan zona yang sangat rawan gempa dan tsunami,” tulis Daryono. 

Kondisi tektonik aktif dan kompleks itu, katanya, perlu mendapat perhatian khusus dan serius, termasuk tantangan untuk merancang sistem mitigasi yang tepat untuk mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami di sana.

Brigadir Jenderal Carla River dari Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat. VIVA/Dani Randi

Brigadir Jenderal Carla River Kenang Bantuan Militer AS untuk Aceh Pasca Tsunami 2004

Brigadir Jenderal Carla River dari Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat mengenang betul bagaimana pihaknya membantu Aceh saat tsunami yang memporak-porandakan aceh.

img_title
VIVA.co.id
11 November 2024