Istri Pelaku Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan Rencanakan Bom Bali
- VIVAnews / Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – RMN, terduga teroris yang tewas usai melakukan aksi bom bunuh diri di Polresta Medan, Sumatera Utara, kemarin, diduga terpapar radikal oleh istrinya sendiri, berinisial DA.
“Ya, patut diduga, dia terpapar dari istrinya dulu, kemudian baru terpapar di media sosial jejaring istrinya,” kata Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, usai menghadiri HUT Brimob di Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Kamis 14 November 2019.
Saat melakukan aksinya, RMN bertindak seorang diri. “Kemudian DA juga hasil penelitian Densus 88 dan siber Bareskrim yang bersangkutan aktif di medsos dan secara fisik sudah pernah komunikasi dengan tersangka teroris berinisial I yang sedang melakukan masa tahanan di rutan yang ada di Medan,” jelasnya
Berdasarkan penelusuran, di medsos mereka merencanakan aksi teorisme di Bali. DA diringkus “Pelaku bom bunuh diri RMN ini melakukan jejaring secara struktur atau lainnya masih didalami. Bomnya masih didalami. Temuan di lapangan dan sampai kini masih diuji di laboratorium,” ucap Dedi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pada bom yang meledak itu ada 55 potongan paku, batere 9 volt, potongan kabel dan tombol on-off serta ada lima potongan besi. “Jenis bom ini masih didalami oleh Tim Labfor. Jenis bomnya apa saja, kemudian bahan yang dibuat,” ujarnya
Dari TKP yang sudah dilakukan penggeledahan Densus 88 dan Polda Sumatera Utara, kata Dedi, hanya ditemukan senjata tajam, kemudian ada beberapa buku-buku catatan dan alat komunikasi.
“Itu masih didalami dulu. Karena Densus 88 masih terus bekerja di lapangan akan mengembangkan. Apakah pelaku ini betul-betul melakukan aksinya seorang diri atau ada pihak-pihak lain yang juga terstruktur.”
Dedi membeberkan, sampai terakhir diamankan tadi malam, pihaknya menemukan adanya indikasi komunikasi di medsos oleh DA istri RMN kepada pelaku lainnya. Hal itu pun kini masih didalami.
“Saya sampaikan kepada rekan-rekan bahwa jejaring teroris itu ada yang terstruktur secara fisik di lapamgan, ada yang boleh dikatakan tidak terstruktur di lapangan, tapi dia terstruktur di medsos, artinya virtual,” ujarnya
Terakit kasus tersebut, Dedy menegaskan, pihaknya akan terus mengusut secara tuntas termasuk kelompok yang bergerak di media sosial. “Ini masih didalami dulu, siapa pemimpin daripada kelompok ini, apakah ada penyandang dananya, apakah ada yang memiliki keahlian untuk merakit bom. Karena bom yang digunakan untuk bom bunuh diri (bomber) ini kan yang dirakit cukup lumayan lah.”