Mengenal Prof Sardjito, Biskuit Tentara dan Kisah Vaksin Cacar

Rektor UGM bersama lukisan Sardjito.
Sumber :
  • Dok. UGM.

VIVA – Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Sardjito. Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini dilakukan, Jumat, 8 November 2019.

Jupri Dedengkot Preman, 16 Nama Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional hingga Gibran Pimpin Upacara

Sardjito menjadi rektor pertama UGM di tahun 1950. Sardjito menjabat sebagai rektor UGM hingga tahun 1961. Selain itu, Sardjito pernah pula menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII). Sardjito menjadi rektor ketiga UII dengan masa bakti 1964 hingga 1970.

Rektor UGM, Panut Mulyono menyebut sosok Sardjito punya peran dan jasa yang penting saat perang kemerdekaan. Selain turut turun ke medan perang, Sardjito pun punya peranan penting di bidang medis saat perang kemerdekaan.

Gema Kosgoro Nilai RM Margono Kakek Prabowo Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

"Prof. Sardjito pernah ikut perang juga ya, artinya membantu tentara-tentara yang berperang. Yang sangat terkenal itu kan biskuit Sardjito," ujar Panut, Jumat, 8 November 2019.

Pada masa perang kemerdekaan, Sardjito membuat makanan khusus. Makanan khusus ini menjadi bekal bagi tentara Indonesia yang turun ke medan perang.

Mensos Sebut Kakek Prabowo Sangat Layak Diberi Gelar Pahlawan

Biskuit itu kemudian dikenal dengan nama Biskuit Sardjito. Bekal Biskuit Sardjito ini membantu tentara Indonesia di saat kesulitan bekal makanan.

"Biskuit Sardjito itu mempunyai formula yang khusus. Sehingga bisa menahan lapar atau energinya cukup besar untuk di lapangan. Memang banyak jasa beliau," papar Panut.

Panut menjelaskan Sardjito punya peran yang penting saat mengamankan vaksin cacar bagi Indonesia dari tangan tentara Jepang dan Sekutu. Vaksin cacar yang dikembangkan oleh Institut Pasteur Bandung ini sangat dibutuhkan bagi Indonesia kala itu.

"Beliau (Sardjito) pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pasteur. Waktu itu memindahkan vaksin jika dibawa, mungkin wadahnya itu takut ketahuan di jalan oleh pemerintah Belanda atau Jepang yang saat itu. Sehingga (vaksin cacarnya) disuntikkan di kerbau. Setelah sampai Klaten itu vaksinnya diambil lagi," papar Panut.

Panut menambahkan jasa lain Sardjito juga terlihat di bidang pendidikan. Selain menjadi rektor pertama UGM, Sardjito pun banyak membidani lahirnya perguruan tinggi lain.

Untuk mengenang jasa dan perannya, UGM dan pemerintah pun mengabadikan nama Sardjito menjadi nama rumah sakit terbesar di Yogyakarta.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya