Atap SD di Pasuruan Ambruk, Anggota DPR: Itu Kejadian Memukul Kita
- tvOne
VIVA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Syafiudian mengatakan, ambruknya atap SDN Gentong I, Kota Pasuruan, Jawa Timur menjadi pukulan bagi pemerintah, terutama ketika DPR telah menggelontorkan uang yang cukup besar untuk pembangunan gedung-gedung sekolah.
Menurut dia, pengalokasian anggaran harus tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu. "Itu kejadian yang memukul kita semua. Selayaknya standar keamanan sekolah seharusnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan lainnya," kata Hetifah di Jakarta, Kamis, 7 November 2019.
Dia mengungkapkan, perlu adanya investigasi khusus untuk menyelidiki penyebab ambruknya bangunan SDN Gentong I, Kota Pasuruan. Insiden itu menyebabkan dua orang meninggal dunia.
Hetifah mengatakan, berdasarkan penelusuran, bangunan sekolah yang ambruk itu bukan bangunan yang lapuk. Usia gedung sekolah itu sendiri baru sekitar 20 tahun, sehingga diperlukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab bangunan ambruk.
"Kalau memang dalam kondisi rusak, mungkin perlu Pemda menjadi leading agency untuk memperhatikan bangunan sekolah atau bangunan publik. Kalau perlu ada sertifikasi kelayakan bangunan," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Syafiudian menilai, semua pemangku kepentingan pendidikan harus proaktif mengajukan dan melaksanakan perbaikan sekolah-sekolah yang kurang layak. Di antaranya dari pihak pemerintah kota, pihak sekolah, maupun orangtua murid.
"Pada 2016 kami dari DPR sudah membuat panja sarana prasarana pendidikan dasar. Pada saat itu kami mengevaluasi rencana perbaikan sarpras yang masih jauh dari kebutuhan, dan meminta pemerintah mempercepat proses pembangunan sekolah rusak dengan dana dari sumber-sumber lain seperti DBH dan PAD," kata Hetifah, Rabu, 6 November 2019.
Setelah itu di tahun 2018, DPR juga sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,7 triliun untuk rehabilitasi ruang kelas. Lalu Rp765 miliar untuk renovasi sekolah. Jumlah tersebut ditargetkan menjangkau 22.446 ruang kelas dan 1.179 sekolah.
Diketahui, pihak Polda Jawa Timur menyebutkan penyebab runtuhnya bangunan sekolah dasar itu diakibatkan oleh dua faktor, yakni konstruksi dan material bangunan yang tidak sesuai. Dugaan itu berdasarkan hasil scientific identification yang dilakukan tim Laboratorium Forensik.