Ekonomi Melambat, BEI dan OJK Tak Muluk Patok Target di 2020

Media Gathering Pasar Modal 2019
Sumber :
  • VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Perlambatan yang merundung ekonomi global dan turut berdampak ke perekonomian nasional, membuat pihak Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan tak mau muluk-muluk dalam memasang target di tahun 2020 mendatang.

Ketua OJK Ungkap Strategi Sektor Jasa Keuangan Dukung Wujudkan Indonesia Emas 2045

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen, mengatakan, hal ini dilakukan pihaknya bersama BEI, karena umumnya lembaga keuangan internasional memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Jadi rasanya, kalau kami membuat target yang terkesan terlalu optimistis, kita jadi orang aneh sendiri," kata Hoesen di kawasan Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat 25 Oktober 2019.

Digital Trust Global Alami Tren Penurunan, Begini Strategi OJK Jaga Optimisme di RI

Namun, Hoesen menampik jika langkah ini disebut-sebut sebagai sebuah bentuk pesimisme terhadap perekonomian nasional.

Dia hanya menekankan bahwa dengan rentannya pengaruh perekonomian global terhadap daya tahan ekonomi domestik, membuat pihaknya dan BEI harus adaptif pada kondisi tersebut.

OJK Sebut Ada 7 Juta Data Milik Ratusan Instansi RI Bocor di Dark Web

Meski demikian, dengan tingkat pertumbuhan investor di sektor retail yang terpantau terus bertambah dan berpotensi ikut mendorong pertumbuhan likuiditas, Hoesen mengaku masih optimis dengan pertumbuhan kinerja pasar modal di tahun depan.

Terlebih, dibanding negara lain di kawasan atau bahkan Amerika dan Eropa, Indonesia masih termasuk negara dengan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu signifikan.

Apalagi, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling sedikit mendapat koreksi proyeksi pertumbuhan ekonominya, baik di wilayah kawasan maupun dibandingkan negara Amerika dan Eropa.

"Misalnya, dari prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebelumnya dipatok 5,2 persen pada 2020, World Bank dan Bank Dunia hanya mengoreksinya menjadi 5 persen," kata Hoesen.

"Jadi sepertinya tahun depan kurang lebih tidak akan jauh berbeda dengan kondisi hari ini. Tapi kami punya optimisme terhadap para investor retail," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya