BMKG: Angin Kencang Tak Pengaruhi Gelombang Tinggi
- Instagram/@fidhariani_
VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Jawa Tengah memperkirakan, fenomena angin kencang yang saat ini melanda beberapa di wilayahnya tak berpengaruh terhadap gelombang tinggi di lautan. Fenomena itu dianggap lazim terjadi, sebagai pertanda peralihan musim kemarau ke musim hujan.Â
"Fenomena ini lazim terjadi, saat transisi musim kemarau ke penghujan," kata Kasi Data Informasi dan Komunikasi BMKG Jateng, Iis Widya Harmoko, saat dihubungi VIVAnews, Selasa 22 Oktober 2019.
Dari tinjauan meteorologis, Iis menyebutkan secara umum angin di Indonesia pada saat ini dominan dari arah Timur sampai dengan Tenggara. Hal ini, karena di Benua Australia, memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dibandingkan daerah di Belahan Bumi Utara. Munculnya tekanan rendah di sekitar Teluk.
"Benggala, memicu angin Timuran pada lapisan atas bergerak lebih kencang dari beberapa hari sebelumnya," katanya.
Iis memaparkan, kekuatan angin yang berhembus akhir-akhir ini masih dalam kategori sedang, yakni dengan kecepatan antara 13 kilometer per jam hingga 20 km/jam. Kecepatan tersebut, belum berpotensi menimbulkan puting-beliung.
Dalam kondisi ini, Iis mengimbau masyarakat untuk waspada dan meminta, agar masyarakat menghindari bangunan dengan konstruksi yang kurang kuat serta pohon besar yang rindang karena dikhawatirkan akan roboh.
"Angin kencang akan terjadi dua hingga tiga hari, bahkan satu pekan. Angin kencang ini juga belum memengaruhi gelombang tinggi. Saat gelombang masih terbilang normal, yaitu 2,5 meter untuk Laut Selatan dan 1,25 meter untuk Laut Jawa," katanya.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, menyebutkan fenomena ini setidaknya melanda di empat kabupaten, yakni Magelang, Brebes, Wonosobo, dan Banjarnegara. Ribuan rumah mengalami rusak parah dan warga terpaksa mengungsi akibat kejadian ini. Terparah ada di kabupaten Magelang.Â
Kepala BPBD Magelang, Edy Susanto menyebut, fenomena angin tersebut terbilang baru. Sebab, berlangsung lama, yakni selama hampir dua hari.
"Biasanya kan cuma satu jam angin kencang datang, terus hilang. Lalu, yang ini enggak, datang angin kencang, kemudian hilang, tapi tiba-tiba datang lagi. Kayak gitu terus menerus," kata Edy. (asp)