Amnesti Internasional Indonesia Sebut KPK Hadapi Kumpulan 'Buaya'
- VIVAnews/ Ridho Permana
VIVA – Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Usman Hamid mengatakan, upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah tak terbendung. Saat ini KPK melawan aktor-aktor besar yang berupaya melemahkannya.
Usman mengingatkan kembali pertarungan cicak versus buaya beberapa tahun lalu. Kali ini, kata Usman, KPK lemah sebagai cicak, menghadapi kumpulan buaya.
Dia melanjutkan, pertarungan cicak versus buaya sebelumnya bisa dimenangkan KPK dan koalisi masyarakat sipil. Kala itu, KPK mendapatkan dukungan kuat untuk melawan satu institusi yang berupaya melemahkan KPK.
Kendati demikian, menurut Usman, saat ini posisinya berbeda, KPK dilemahkan dari berbagai pihak. Setidaknya dari kepolisian, partai politik, dan oknum di pemerintahan.
"Sekarang kenapa sulit dibendung karena antara mereka yang ada di kepolisian, di parpol yang merasa terancam dengan adanya KPK, dan yang ada di dalam pemerintahan yang merasa terancam dengan KPK," kata Usman saat diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 19 Oktober 2019.
Lebih lanjut, Usman menjelaskan, upaya pelemahan tersebut dengan teror kepada penyidik KPK, Novel Baswedan, menggunakan air keras. Kasus penyerangan tersebut tidak kunjung dipecahkan kepolisian selama dua tahun lebih.
Selanjutnya, pelemahan KPK melalui revisi UU oleh DPR. Beberapa pasal dianggap melemahkan. Contoh izin penyadapan dan keberadaan serta fungsi dewan pengawas KPK.
Hal lain, menurut Usman, ada oknum pemerintahan yang khawatir dengan KPK, pihak kepolisian bahkan jenderal yang merasa terancam dengan KPK. Sampai pimpinan partai politik yang khawatir dengan keberadaan KPK. Tiga aktor itu, menurut Usman, berkolaborasi dengan analogi kumpulan buaya untuk melemahkan KPK. "Bahkan seperti cicak buaya. Tapi kali ini buayanya tidak sendiri, tetapi kumpulan buaya melawan cicak yang sama," katanya.