Polisi Sita Surat Terakhir Bocah yang Pernah Dapat Sepeda dari Jokowi
- VIVA.co.id/Lucky Aditya
VIVA – Bocah YSS, siswa sebuah SMP negeri di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, dikenal sebagai anak yang rajin, penggembira, dan mudah bergaul.
Jurnalis tvOne di Kupang mengabarkan, Rabu 16 Oktober 2019, bibi korban, Yosina menyebutkan, YSS merupakan anak yang rajin, serta mudah dalam pergaulan. Namun, korban juga memiliki sifat tertutup bila menghadapi persoalan.
Sejak ibu korban meninggal tujuh tahun lalu, lantaran dibunuh ayah korban, dengan cara dicor di samping rumah mereka, korban dan ketiga kakaknya diasuh oleh Yosina.
Keluarga Yosina dan ketiga kakak korban masih merasa kehilangan. Mereka tak menyangka, korban nekat mengakhiri hidupnya secara tragis.
Yosina terkejut, ketika mendapat informasi kematian korban yang tidak pulang sejak Sabtu sore. Jenazah korban ditemukan Senin lalu, 14 Oktober 2019, sekitar pukul 10.00 Wita.
Sebelum korban meninggal, Yosina melihat tanda-tanda keanehan. Korban kerap enggan mengerjakan pekerjaan sehari-hari di rumah. Jika dipaksa, baru korban mau mengerjakan suatu pekerjaan seperti menyapu atau menyiram tanaman.
Sebelum mengakhiri hidupnya, korban sempat menuliskan sebuah pesan. Dia meminta maaf dan berterima kasih kepada Yosinda dan keluarganya yang merawat mereka sejak ibunya meninggal tujuh tahun silam.
Bahkan, dalam pesannya, korban sempat menaruh dendam kepada ayahnya, Antonius Sinaga yang masih di penjara, harus mati di tangan korban. Sebab, korban selalu menjadi bahan olok-olokan orang sebagai anak tukang cor.
Saat ini, surat yang ditulis tangan oleh korban telah disita polisi sebagai barang bukti.
Semasa hidupnya, YSS ternyata pernah menerima hadiah sebuah sepeda dari Presiden Joko Widodo, saat melakukan kunjungan kerja di Kupang.
Dia mendapat sepeda, karena mampu menjawab pertanyaan Jokowi dan mampu menghafal Pancasila secara baik dan benar. Saat itu, korban masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Dia menerima hadiah, ketika Jokowi melakukan kunjungan kerja membagikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada sejumlah siswa.
Hingga akhir hayatnya, sepeda itu masih dalam keadaan baik. Sepeda itu biasanya digunakan korban untuk berolahraga ataupun bermain bersama teman-temannya.
Di mata keluarga, menurut Yuni, bibi korban, YSS dikenal sebagai siswa berprestasi dan selalu mendapat juara di kelas sejak masih SD hingga kelas 1 SMP.
Tak hanya juara, korban juga pernah mengikuti olimpiade matematika dan IPA saat kelas 5 SD hingga ke tingkat Provinsi NTT. Namun, setahun ini prestasi YSS agak menurun sejak kelas 2 SMP.
Laporan Frits Floris (Kupang, Nusa Tenggara Timur)