Pengakuan Putri, Simpatisan yang Dibohongi ISIS

ISIS penggal agen Hamas.
Sumber :
  • Repro Siteintelgroup

VIVAnews - Persoalan terorisme menjadi pekerjaan rumah di Indonesia. Terutama bagi aparat keamanan. Berbicara soal terorisme, tentu tak lepas dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Kali ini, cerita ironi disampaikan oleh simpatisan ISIS dari Indonesia. Sebut saja Putri (nama samaran).

Bukan Kaleng-kaleng, Ini Sepak Terjang 4 Jenderal TNI 'Pembisik' Presiden Prabowo

Menurut pengakuan Putri, ia merasa apa yang digaungkan ISIS bertolak belakang dengan apa yang ada di ajaran Islam.

Ia berangkat ke Suriah untuk menjalani kehidupan seperti zaman Rasulullah yang dijanjikan ISIS. Ia bersama keluarga total 17 orang hidup di sana sekitar enam bulan.

Daftar Nama Penasihat Khusus Presiden Prabowo dan Bidang-bidangnya

"Saya ada angan-angan ketika itu kehidupan seperti masa rasul. 2013 atau 2014 saya baca hadis akhir zaman. Angan-angan itu seperti kembali ke kenyataan, itu yang paling sempurna seperti masa rasul. 2014 saya pertama kali melihat di internet lagi booming ada ISIS di Suriah, wilayah Syam," kata Putri di acara ILC, Selasa 15 Oktober 2019.

"Saya penasaran tapi tidak terlalu intens mencari tahu. Bulan Ramadan ada kekhalifahan persis seperti masa rasul, dari situ saya tertarik. Saya mulai mencari tahu, keluarga juga. Mulai baca-baca dan nonton. Latar belakang kami tidak tahu sama sekali jemaah dan lain-lain. Afiliasi pun tidak. Khilafah dan Daulah murni dapat dari internet. 2014 sampai 2015 masif sekali propaganda itu. Itu seperti bias informasi, itu saja yang kami lihat. Sayangnya, yang negatif itu tidak menjadi perhatian kami. Tentang pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Saya mulai melakukan kontak dengan orang yang ada di sana," ujarnya menambahkan.

Deretan Penasihat Khusus Prabowo, Ada Luhut, Dudung, hingga Terawan

Putri menjelaskan, 2015 ketika sudah cukup uang dan yakin akan cerita dari ISIS, ia bersama keluarga berangkat ke sana. Faktanya, semua tidak sesuai harapan.

"2015 kami cukup uangnya, kami kumpulkan, biaya katanya akan diganti. Kami juga semuanya. Kami harus hijrah kami yakin waktu itu. Kurang lebih enam bulan kami di sana. Kami lihat kondisi di sana itu semua serba perfect. Antar individu dan muslimah seperti masa rasul. Tapi lama-lama, kok beda banget ya. Antara perempuan berkata kasar, suka gosip. Kok tidak seperti masa rasul. Seiring berjalannya waktu kok tidak seperti yang seharusnya," katanya.

"Pakaian harus tertutup tidak boleh terlihat sama sekali. Yang kami alami di sana, masalah cadar saja itu mereka kasarnya luar biasa. Ada hal-hal luar Islam, merokok itu dicambuk 100 kali. Bagi orang-orang seperti saya, tidak pakai niqob itu saya ditangkap ke polisi Daulah. Kita seperti ditodong beli pakaian. Saya waktu itu bilang, waktu kami di Indonesia tidak seperti itu janjinya. Saya akan adukan ini. Saya awalnya  berpikir ini hanya oknum saja," katanya.

Didatangi karena Mengkritik

Putri melanjutkan ceritanya akibat dari sering melontarkan kritik, ia didatangi oleh orang hisbah di sana. Ia akhirnya memilih pulang. Dari 17 anggota keluarga itu ada yang meninggal dua orang, karena sakit dan terkena bom.

"Pada suatu hari, orang hisbah datang. Mereka bilang, kalau seperti ini kamu dianggap seperti khawarij, halal darahnya. Kamu tidak pantas melakukan kritik, kepada khalifah, kepada amir,” ujar Putri menambahkan.

Walikota di sana tidak pernah kami temukan. Mereka takut dengan hal-hal yang enggak jelas. Puncaknya kedatangan dari hisbah Annisa. Itu penyebab kami pulang, enam bulan lah kami di sana," ujarnya.

"Dua orang dari 17 anggota keluarga itu meninggal. Tempat tinggal kami itu memang di daerah konflik," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya