456 Kasus Kebakaran Hutan di Jateng, Gunung Lawu Tak Tersentuh Api

Kebakaran Hutan di Jawa Tengah.
Sumber :
  • Dwi Royanto/VIVAnews.

VIVA – Jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Jawa Tengah, telah mencapai 456 titik kejadian selama musim kemarau ekstrem tahun ini. Data Perum Perhutani Divisi Regional Jateng, kerugiannya mencapai Rp2,5 miliar.

Jateng Selatan Diprediksi Hujan Lebat Hari Ini dan Besok, BMKG Peringatkan Ini

Menurut Ahli Perlindungan Hutan Perum Perhutani Regional Jawa Tengah, Weda Panji Hudaya, total luasan lahan dan hutan yang terbakar di wilayahnya mencapai 1.672 hektare. Itu terhitung sejak bulan Januari hingga Oktober 2019.

"Hutan lindung dan hutan produksi yang di kelola perhutani Jateng, totalnya ada 636 ribu hektare. Untuk kejadian kebakaran sepanjang Januari hingga Oktober 2019, ada sebanyak 1.672 hektare yang terbakar," kata Weda ditemui VIVAnews di Kantor Perhutani Jalan Pahlawan Semarang, Senin 14 Oktober 2019.

Soal Keterlibatan ‘Partai Cokelat’ di Pilgub Jateng, Jokowi: Dibuktikan Saja

Lahan yang terbakar paling sering berada di lahan tanaman jati daripada yang di gunung. Namun, kebakaran hutan jati lebih cepat cara penanganannya. Sedangkan untuk hutan di area gunung, relatif kecil dengan kendala pemadaman yang sulit.

"Lahan jati kan kering, ya mudah terbakar mudah juga pemadamannya. Kalau di gunung, tanamannya basah dan sulit lokasi,"ungkapnya.

PDIP Kalah di Pilkada Jateng, Ganjar Bilang Begini

Lima gunung yang masuk dalam Perhutani Jateng, empat di antaranya sudah mengalami kebakaran. Yakni, Gunung Andong, Slamet, Sindoro dan Sumbing. Sedangkan untuk Gunung Lawu, belum ada laporan kebakaran. 

"Paling parah dan luas ada di Gunung Slamet. Paling lama cara penanganannya. Sebab, kebakaran ini melanda hutan yang mencakup dua wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) yakni, KPH Pekalongan Barat dan KPH Banyumas Timur," tuturnya.

Kebakaran tersebut, lanjut Weda, terjadi sejak bulan Juli hingga akhir September 2019. Ditengarai kerugian sepanjang kebakaran itu mencapai Rp2,5 miliar rupiah, dengan jumlah pohon yang berdampak sebanyak 100.477 pohon, baik lindung maupun produksi.

"Mayoritas kebakaran hanya sebatas permukaan belum mendalam. Namun, tetap berdampak pada pohon lindung. Sebab, cara pemulihannya bisa dibilang cukup lama, ada yang 2-3 tahun, bahkan ratusan tahun," ujarnya.

Dalam proses pemadaman, setidaknya ada 5.000 personel Perhutani telah dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan di seluruh wilayah Jawa Tengah. Upaya pemadaman juga melibatkan instansi terkait, relawan, dan masyarakat. 

Sementara itu, terkait penyebabnya, selain pengaruh musim kemarau, Weda meyakini bahwa mayoritas kebakaran berasal dari ulah manusia. Sebab, hasil temuan di lapangan, ada tiga modus pembakaran lahan, yakni membakar lahan untuk berburu hewan, membuka lahan perkebunan baru serta mencari rumput untuk hewan ternak.

"Untuk yang mencari rumput ini, mereka membakar tumpukan tanaman kering di atas lahan, agar supaya nantinya bekas tanah yang terbakar itu tumbuh rumput," tutur dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya