Kabut Asap di Palembang Terparah, Disdik Kembali Liburkan Siswa
- ANTARA FOTO/Mushaful Imam
VIVA – Makin pekatnya kabut asap yang menyelimuti kota Palembang, Sumatera Selatan, membuat Dinas Pendidikan langsung bersikap. Dinas Pendidikan kembali meliburkan siswa, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Imbauan libur sekolah diberitahukan Dinas Pendidikan secara cepat melalui pesan WhatsApp kepada kepala sekolah yang diteruskan terhadap wali murid. Bagi siswa yang sudah terlanjur ke sekolah dipersilahkan untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
"Kondisi udara hari ini sudah tidak sehat lagi. Kabut asap yang sangat tebal sangat membahayakan kesehatan. Karena itu kita harus memberikan pengumuman untuk meliburkan siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan, Ahmad Zulinto, Senin 14 Oktober 2019.
Keputusan Dinas Pendidikan Palembang, meliburkan siswa ini merupakan kali kedua sejak terjadinya bencana kabut asap. Pertama kali, Dinas Pendidikan meliburkan siswa ialah pada 23 September 2019 lalu.
Namun, ketika itu hanya berlaku selama tiga hari. Kondisi cuaca yang sempat membaik membuat siswa kembali menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolah sebelum kembali diliburkan hari ini.
"Hari ini seluruh sekolah mulai kita liburkan. Untuk besok dan seterusnya kita masih menunggu hasil rapat dengan Pemerintah Kota dan instansi terkait lainnya. Dari hasil rapat tersebut akan dibuat surat edaran baru apakah libur diperpanjang atau tidak, tergantung kondisi udara," jelas Zulinto.
Menurut Zulinto, pihaknya tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, jika tidak segera mengambil sikap meliburkan siswa. Sebab, kabut asap ini tidak hanya mengganggu jarak pandang, namun juga kesehatan.
"Keadaan ini bukan hanya mengganggu jarak pandang, tetapi juga bagi kesehatan masyarakat, terutama peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas sekolah. Saluran pernapasan bisa terganggu oleh kabut asap," terangnya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Krimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, angin permukaan yang tercatat umumnya berasal dari arah Timur-Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 kilometer/jam).
Hal inilah yang mengakibatkan potensi masuknya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah Kabupaten di Sumatera Selatan.
Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kualitas udara dilihat dari indikator PM 2,5 pagi ini di wilayah Sumatera Selatan mencapai pada tingkat berbahaya atau pada angka 921.
Kualitas udara tersebut, seiring dengan jumlah titik panas atau hotspot di wilayah itu hingga mencapai 691 titik, atau tertinggi di antara wilayah lain, seperti Riau, Jambi, dan beberapa wilayah Kalimantan. (asp)